Terkadang, dia hadir malu-malu tanpa menitipkan sesuatu. Terkadang dia tiba namun dengan gaya yang sungguh kaku, tanpa cerah yang tersirat.
Suatu kali dia pernah membuat jemu, suatu kali dia sanggup membuatku meneteskan air mata, tanpa sedikitpun merasa ragu.
Sesaat aku tersenyum, dia hanya diam memperhatikan. Sebentar aku terdiam, giliran dia yang tersenyum, lalu menatap kuat tepat ke wajahku.
Dia yang menemaniku, entah hingga kapan. Dia yang mengajarkanku, pentingnya kedalaman. Dia yang terkadang menjauh, tanpa mengajakku bersalaman.
Dia bukan dulu, bukan juga kemarin. Dia yang memintaku, menjiwai masa lalu. Dia yang bangunkanku, agar aku terjaga. Menjaga benih-benih rindu itu, tetap kuat tertanam seluas harapan.
Salam Fiksiana
Bandung, 30052021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H