Lihat ke Halaman Asli

Move On Itu Ibadah

Diperbarui: 20 Mei 2021   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Move on itu ibadah

"Kita mulai saja dengan mencoba sedikit membayangkannya, lalu kemudian menguraikannya..."

Merasa gundah, selain jadi agak susah makan. Mengunyah makanan ogah-ogahan, kalaupun makan kurang enak alias minim berselera, rasanya itu seolah pahit semua, termasuk kopi yang jelas-jelas sudah ditambahkan gula aren dua sendok besar pun, masih saja terasa enggak manis sama sekali.

Merasa serba salah, di rumah susah tidur karena terbayang terus dirinya, lalu kalaupun keluar rumah, seolah-olah gelap semua, tanpa ada secercah cahaya yang bisa silaukan mata hati.

Merasa unfaedah, pun merasa dan lain sebagainya. Hari berganti, tapi seolah hari enggak pernah berubah ataupun bertambah. Boro-boro mengupayakan berserah diri, yang ada merasa kalah lagi dan kalah terus-menerus.

"Eh tapi... tau enggak sih, dibalik indah yang hilang, ada indah lainnya yang akan lebih memesona bagi perasaan."

"Dibalik kisah yang suram lalu karam, ada kisah lain yang akan sungguhlah indah bagi pengalaman perasaan."

"Dibalik kisah yang sudah, ada kisah yang adalah cerah lalu bersinar. Untuk kemudian memancarkan kelegaan dan kedamaian, baginya perasaan."

Menerima kenyataan itu, sama dengan sadar akan ketetapan. Memperbaiki keadaan itu, sama dengan mensyukuri pengalaman. Menuntun diri sendiri untuk tidak menjadi sosok yang lemah itu, sama dengan peduli akan diri sendiri sebagai seorang pribadi yang diberkati.

"Ketika disakiti, tidak balik menyakiti. Itulah salah satu bukti dari budi pekerti."

"Ketika ditinggalkan, tidak menanggalkan. Justru memilih untuk mendoakan kebaikan dan kebahagiaan untuknya yang tega meninggalkan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline