Lihat ke Halaman Asli

Nona, Mohon Maaf

Diperbarui: 4 Maret 2021   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay


"Mohon maaf nona", lebih baik kasihmu mencari untuk berdampingan dengan yang masih sebaya saja. Lebih indah apabila sekiranya secara usia, tidaklah akan jauh berbeda.

"Betul nona, memang rasa itu sangat mungkin mudah berubah."

"Mohon maaf nona", sekiranya berteman saja itu akan jauh lebih nikmat, ya kita nikmati saja sepenuhnya. Ada bercanda tanpa menepuk dada, tersedia suka cita yang berbusana.

"Benar nona, sudah bukan waktuku menuai gerah pun gemuruh dalam jiwa."

"Mohon maaf nona", ada sebaiknya kita bertanya kepada intuisi masing-masing, tentang apa yang tertera. Tentang apa yang semestinya akan jadi langkah maju, bukan langkah-langkah patah.

"Tepat sekali nona, hari esok juga masa depanmu akan kurang elok bila hanya jalan buntu yang menuntunmu, menuju tujuanmu."

"Mohon maaf nona", ketika baik saja itu tidak akan lebih dari cukup, apalagi aku yang berada di bawah standar rata-rata. Sebab untuk menjadi sekadar baik saja, aku masih mencobanya.

"Memang betul nona, bukan aku."

"Last from me, untukmu nona", aku hanya mau melihatmu, meraih apa atau siapa yang tanpa pamrih. Menikmati apa dengan siapa, yang sanggup menjadikan dirimu terbaik, untuk menjadi apa pun siapa yang dimilikinya.

"Ya... nona nan jelita. Aku sudah terlalu sungkan, selain jelas-jelas butuh terbebas dari apa saja rupa keinginan yang menggiurkan."

Salam Fiksiana
Bandung, 03 Maret 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline