Lihat ke Halaman Asli

Ketika Kamu Menjadi Apa yang Kamu Pikirkan, Aku pun Menjadi Apa yang Aku Pikirkan

Diperbarui: 16 Januari 2021   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Aku berpikir ke atas, ketika kamu mungkin sedang berpikir ke bawah. Aku berpikir ke barat, ketika mungkin saja kamu tengah berpikir ke timur atau ke selatan, bahkan bisa saja kamu akan sesegera mungkin berpikir untuk menuju ke arah utara.

Aku sangat mau untuk berpikir tentang bagaimana bisa akrab dengan apa yang disebut bercanda, ketika sangat mungkin justru kamu tengah mencoba untuk mencari solusi terkini, tentang bagaimana sebaiknya agar tidak bersahabat karib dengan yang namanya merasa cukup sulit untuk bertegur sapa.

Aku mencoba setuju, untuk sejenak saja berpikir tentang kamu. Bahwa menurut pikirku kemudian setelah aku mencoba membacamu, ternyata kamu adalah seorang pribadi yang baik sekaligus menyenangkan adanya.

Sebaliknya mungkin saja tidak begitu, kamu tidak akan pernah mau sekalipun untuk mencoba, berpikir yang mengenai atau tentang apa saja yang ada hubungannya denganku, sebab mengenalku... mungkin saja bukan salah satu yang menjadi kebutuhanmu.

Aku akan berupaya, untuk hal apa saja yang sekiranya memang akan bermanfaat. Itu alasanku untuk bisa berpikir yang lebih luas adanya, yang semoga kamu pun mau satu pemikiran denganku, meski memang aku masih meragukanmu dalam hal sudut pandang.

Ya... intinya memang begitu. Aku mengolah pikir, ketika kamu juga memang tengah berpikir. Namun yang begitulah... aku tentu merasa sangat senang memikirkanmu ketika sangat mungkin yang justru, di sisi lainnya kamu sama sekali tidak terpikirkan untuk sebentar saja memikirkanku, atau sedetik saja berani untuk mencoba mengingatku.

Sulit untuk tersentuh, karena pikiran menolak untuk disentuh. Sulit untuk seirama, sebab pikiran menolak untuk berkenan bekerjasama.

Sulit untuk merasa, karena rasa hanyalah sesuatu yang rasa-rasanya sih tidak terasa. Sulit untuk bisa peka kemudian sanggup mencerna apa saja rupa makna, sebab bukan itu yang tertanam di pikiran.

So... cukup aku saja yang mengagumimu, cukup aku saja yang memikirkanmu. Bahkan, akan sangat cukup bagiku bisa melihatmu dengan cara membaca setiap tuturmu, lewat setiap tulisanmu itu.

Pengagummu
Bandung, 16 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline