Lihat ke Halaman Asli

Catatan Pengalaman, Akan Angka-angka Keindahan

Diperbarui: 22 Desember 2020   01:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Diolah penulis dari Pixabay


Usia adalah angka-angka nyata. Semenjak terlahirnya angka satu, hingga menuju ke angka demi angka berikutnya yang ternyata bisa saja sampai puluhan angka.

Angka satu hingga sepuluh, saatnya bertumbuh. Mulai mengamati banyak hal, untuk kemudian bertumbuh kembang menikmati kehidupan.

Angka sebelas hingga angka dua puluh, mulai tumbuh lalu bersemi keinginan demi keinginan. Ingin ini juga itu, bahkan dibarengi dengan rasa penasaran yang semakin terngiang di pikiran.

Angka dua puluh satu menuju tiga puluh, mencoba melepaskan sifat kekanak-kanakan. Belajar lebih matang alias mendewasa, untuk kemudian memilih pasangan untuk menjalani bahtera rumah tangga.

Angka tiga puluh satu kemudian hadir menemani, lalu tak terasa waktu berlalu menuju angka empat puluh. Angka empat puluh menjadi angka puluhan yang ternyata, menghadirkan pilihan lain yang hadir di hadapan.

Mencoba bertahan, namun ada ingin yang terpendam. Mencoba menuruti penasaran, ternyata hanya sekumpulan belum tentu yang wujudnya adalah tak selalu kebaikan demi kebaikan.

Mencoba melupakan, eh tapi... keindahan demi keindahan begitu mudah untuk didapatkan. Bahkan keindahan, sangat mungkin untuk bisa disegerakan. Bahkan keindahan seolah tidak menunjukkan perlawanan, justru mengijinkan.

"Hidup ini adalah pilihan bukan?! berteman dekat dengan keindahan bukanlah larangan kan?! selama tidak akan menyebabkan kegaduhan."

"Hidup ini memang disertakan aneka pilihan bukan? arah mana yang akan jadi pilihan, semoga bukan hanya sebatas batu loncatan, yang untuk kemudian ditinggalkan atau diabaikan begitu saja."

"Hidup ini tentu saja adalah ujian, di mana tidak setiap yang cantik akan selalu menarik ataupun enerjik. Di mana tidak setiap yang harumnya mewangi, adalah apa yang harus diikuti ataupun dimiliki."

Ah indah! selalu saja menggoda. Ah indah! selalu saja tiba menyapa. Ah indah! selalu saja bisa membuatku terlena. Tapi indah! akan tiba di mana kita tak lagi bisa bersama. Sebab kita hanya membina yang ternyata, serangkaian puber kedua yang sifatnya hanya sementara saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline