Untukmu Abadiku
Ketika jauh yang harus kita tempuh, kita tidak rapuh. Jiwa kita senantiasa terbalut setia. Hati kita enggan melepuh, menolak memilih gaduh.
Wajah kita senantiasa terbasuh percikan-percikan keteduhan, meneduhkan. Keluh hanyalah satu warna rasa, peluh hanyalah satu uji coba. Lalu tentang kesah, itu hanyalah biasa yang urun kita tata.
Buana terhampar, begitu lega. Jiwa kita bergetar, mengelus dada. Kita berdua percaya, akan suatu ketika di satu titik masa.
Apa saja yang abadi, tidak akan pernah saling mengingkari. Apa saja yang sejati, senantiasa saling menemani. Apa saja yang hakiki, akan pasti terbukti. Dimiliki termiliki.
Ruang-ruang kosong, kita isi dengan berbakti. Ruang-ruang hampa, kita ubah menjadi gelak tawa. Ruang-ruang sempit, kita pugar menjadi lebar yang berbinar; bersinar.
Untukmu;
Uluran tangan yang akan berkenan memegang erat. Kecupan yang akan, membuatmu berteman hangat. Senyuman pula sentuhan, yang akan menggiring kita meraih nikmat bukan sesaat.
Abadiku;
Kita saling mencermati, kita unggah warna merah yang mendekap ramah. Kita siasati rugi pun elegi, untuk berhenti mengikuti. Lalu pergi, tak berkenan kembali, menuju sunyi.
Salam Puisi DS 11/10/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H