Lihat ke Halaman Asli

Percakapan Hati

Diperbarui: 26 September 2020   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Pixabay.com

Langit masih terlihat sumringah, belum nampak ada tanda-tanda akan beranjak pergi. Memang masih sore, malam masih menunggu gilirannya untuk berkunjung menemani warna-warni suasana hati.

Sempat, terlintas seraut wajah yang tersenyum begitu tulus. Hanya dengan satu tarikan senyum, namun sanggup membawaku bermimpi akan satu dan lain hal tentang masa depan.

Seraut yang belum begitu lama aku mengenalnya, seraut yang sanggup tanamkan ketenangan yang mengalir di sekujur yang aku miliki.

Seraut yang tidak setiap saat menghampiriku. Seraut yang kerap kali bersembunyi, namun sejatinya justru menemani dibalik sunyi yang bukan elegi.

Seraut wajah yang selama ini aku baca lewat tutur katanya, seraut yang sore ini membuatku berdialog. Percakapan yang kemudian mengalir dengan sendirinya, percakapan hati tentangnya, dengannya.

"Raga kita tidak bersua. Mungkin bukan cinta, hanya sekadar rasa. Namun hanya rasa yang sanggup membuat lega, merasakan apa saja yang memang terasa."

"Mungkin memang hanyalah fatamorgana. Apalah arti sebuah yang hanya sekadar rasa dari dua nyawa yang jauh adanya."

"Namun adalah mungkin juga bahwa ini semua akan jadi awal cerita. Cerita yang akan kita berdua bina kedepannya, jalinan satu cerita yang akan sanggup menyatukan kita berdua yang seutuhnya."

Apa yang akan mengalir, mungkin saja adalah satu wujud takdir. Satu takdir yang akan sanggup mengusir semilir angin yang hadir kerap kali tak menentu.

Arah mata angin sebaiknya bisa menentukan arah langkah, tidak sembarang berhembus ke satu dan lain hal yang akan menuju ke sesuatu yang bisa saja menghanguskan.

Tersenyum sendiri, menikmati percakapan hati yang hanya dari satu sisi ingin dalam angan. Lalu kembali menatap langit sore untuk sebentar saja, sebelum tertutup malam yang akan segera menggantikan terang menjadi temaram.

Seraut wajah kembali melintasi, "Aku bersedia menunggu, lalu ditemui dengan satu niat yang adalah pasti." Bisiknya, sembari kembali tersenyum. Kemudian berangsur menghilang, hanya menyisakan senyum tulus yang terbayang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline