Lihat ke Halaman Asli

Memutuskan Jadi Sebuah Keputusan

Diperbarui: 12 Desember 2020   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Olah Pribadi/Pixellab


Namanya Egi, masih muda. Usianya 20 tahun lebih sedikit. Wajahnya mirip aktor kenamaan Roy Marten, bahkan ada mirip juga dengan Rudy Salam. Keduanya adalah public figur, beruntung sekali Egi memiliki paras tampan yang mirip dua aktor tersebut.

Sebenarnya Egi anak yang baik dan penurut, tapi sayang, alangkah disayangkan ketika seorang Egi mengambil satu keputusan yang terburu-buru di satu kejadian, yang Egi tengah kurang peka akan suasana.

Sebab menuruti emosi satu sisi, Egi kehilangan pekerjaan. Egi terdampak "Out of control", pendapatan pun melayang. Hari ini Egi memutuskan untuk "Resign", padahal sudah saya berikan beberapa kesempatan untuk memperbaiki apa yang sebaiknya diperbaiki.

Kecakapan seorang Egi patut diacungi jempol. Bahasa Inggris jadi santapan dia sehari-hari, jago gambar juga berkat terinspirasi dari beberapa anime populer. Egi memang seorang penyuka anime, namanya juga anak muda era sekarang.

Dia juga punya kelebihan yang lainnya, yang sangat bisa dikembangkan. Untuk kedepannya bisa jadi satu wujud keahlian dia, yang bisa diperhitungkan untuk jadi salah satu jalan meraup keberhasilan secara finansial.

Bakat adalah bakat, keahlian yang lainnya bisa bertumbuh kembang. Tapi ada satu yang krusial yang Egi belum sadari, yang mungkin karena faktor usia, atau faktor lingkungan di luar tempat dia bekerja dengan saya.

"Attitude"! Itu yang masih kurang bersahabat dengan Egi. Tata krama, sopan santun, budi pekerti, yang memang belum Egi kuasai. Egi masih belum menemukan celah terbaik, agar bisa berkomunikasi dengan gaya yang baik. Bukan hanya santun, tapi juga bisa lebih menghargai siapapun.

Hari ini Egi sudah menentukan pilihan, hari ini dia sudah mengambil keputusan. Saya sudah memberinya cukup banyak kesempatan, saya sudah berusaha menjadikan dia bukan karyawan, melainkan teman seperjuangan di satu perusahaan yang sama.

Egi adalah Egi, dan saya adalah saya. Keputusan harus saya ambil, demi tidak berdampak kurang sehat terhadap perkembangan perusahaan, dikarenakan satu orang.

DS, 17/09/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline