Lihat ke Halaman Asli

Pertemuan yang Bukan Kebetulan

Diperbarui: 11 Desember 2020   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Aku bertemu dengannya di usiaku yang kini beranjak puluhan. Bukan kebetulan, sebab ini adalah suratan. Tanpa sedikitpun paksaan, memang kami dipertemukan.

Aku mencoba menyesuaikan, lebih mendahulukan inginnya daripada inginku. Sebab aku tahu, aku yang semestinya mau mengalah, demi berupaya tidak berjumpa serba salah.

Aku tidak menunggunya, sebab dia hadir sesuai saatnya. Tidak tiba-tiba saja, sebab kami memang dipertemukan di waktu yang sudah ditentukan.

Aku mesti belajar untuk lebih bisa, mengerti menghargai juga menghormatinya. Bukan semata-mata, melainkan agar supaya jadi upaya untuk kami seiring sejalan, berdekatan berdampingan.

Aku akan tidak memperlakukan dengan cara berantakan, sebab aku membutuhkan pertemuan lalu kedekatan, yang tidak hanya sebatas sebentar saja. Doaku adalah kami bisa sepanjang jalan kehidupan, saling berpegangan, saling menguatkan.

Aku bukan yang lainnya, sebab aku adalah aku. Menjadi aku yang tentu aku, menjadi aku yang adalah aku, seutuhnya, bukan pencitraan.

Aku tidak butuh gaduh, sebab yang aku butuh adalah kami bisa saling tersentuh. Sentuhan demi sentuhan yang akan hilangkan keraguan, kegundahan, resah gelisah, pun apapun yang memang tidak sesuai tuntunan, aturan.

Aku yang memang aku, sesuai jalan pikiranku. Sesuai dengan apa yang aku yakini, bahwa kami akan bisa satu hati, mulai detik ini hingga akhirnya nanti.


DS, 01/09/2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline