Lihat ke Halaman Asli

Ridwan Ali

Me Myself and I

Inzaghi Sedang Lupa Momento Magnifico bersama Lazio

Diperbarui: 10 Juli 2020   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Bola.com


Coba tengok ke belakang, ketika flashback adalah kenangan yang akan bisa menyemangati, yang sanggup memunculkan racikan yang akan mampu bersinergi menjadi energi motivasi.

Coba tengok history diri, ketika semangat yang berlipat-lipat mampu menjadikan kuat yang lahirkan momentum hebat, lalu mampu membabat setiap lawan yang harus disikat.

Ya ya ya, tepatnya tahun 2000. Simone Inzaghi menjadi salah satu bagian dari tim lazio yang mampu meraih trofi scudetto. Ditemani Alesandro Nesta, Paolo Negro, Giuseppe Favalli yang mengawal lini belakang tim utama lazio saat itu.

Ada juga Roberto Mancini, Attilio Lombardo, yang adalah para pemain sampdoria yang kemudian hijrah ke lazio, kemudian mampu berjaya bersama tim biru langit.

Belum ketika menyebut Pavel Nedved, Diego Simeone, Hernan Crespo, Marcelo Salas, dan deretan pemain hebat lainnya yang menjadi kebanggaan para laziale.

Inzaghi pasti ingat! Lazio bisa menjadi juara, meraih scudetto yang ke-2 di giornata terakhir. Itupun berkat perugia yang mampu membuat kejutan dengan menaklukkan juventus dengan skor 1-0 di matchday penentuan.

Itu tahun 2000, ketika lazio ditangani seorang Sven-Goran Eriksson yang asli Swedia. Seorang pelatih yang kemudian ditarik untuk melatih timnas Inggris, namun sayang kurang sukses.

Pengalaman mengajarkan bagaimana caranya agar sejarah semestinya bisa terulang. Bahkan sejarah terbaru, semestinya bisa lebih hebat dari yang sebelumnya.

Saat ini, kurun waktu 20 tahun berselang, dimana Simone Inzaghi bukanlah pemain lagi. Kini jabatannya adalah seorang pelatih, sosok pelatih yang semestinya bisa membawa tim lazio menemukan kembali momentum tepatnya untuk merengkuh trofi scudetto.

Peluang untuk meraih trofi ada dihadapan, namun sayang menjadi keadaan yang kini kejauhan. Ditambah dua tim yang semakin mendekati, yang tentu bisa saja kemudian mengangkangi.

Setelah berhasil hanya selisih satu poin saja dengan sang capolista, kini menjadi berselisih tujuh poin yang tidaklah mudah untuk dilewati. Tumbang dari atalanta juga milan adalah pertanda buruk yang membuat mentalitas tentu saja menjadi terpuruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline