Mungkin kebetulan, namun entah kenapa justru jadi berkepanjangan. Mungkin ditakdirkan hanya sebatas menjadi seorang kawan, namun hadirnya... jadi satu bentuk kesenangan.
"Mumpung saya lagi ke Bandung, saya bawa sesuatu yang spesial penawar mendung." Awal obrolan bertemu dengannya, salah seorang kawan yang sudah cukup lama entah kemana saja.
"Apaan tuh?!" Tanya diriku kepada dirinya.
"Oleh-oleh, salah satu produk asli Indonesia yang selalu bisa mewakili ingatan saya, akan perjalanan persahabatan kita, yang mana bisa saya lupa." Dirinya menjelaskan.
"Oleh-oleh ini juga yang bisa membuat saya memberanikan diri untuk mengunjungimu, setelah sekian waktu kita jarang banget bertemu." Kembali dirinya menjelaskan.
Aku hanya manggut-manggut saja, mendengarkan setiap ucapannya yang mengalir dengan gerak-gerik bibir merahnya yang sudah cukup lama tak aku pandangi.
Secara usia, dirinya jauh lebih muda dari diriku. Namun begitulah, terjalin kedekatan diantara kami berdua. "Toh usia hanyalah usia, seandainya kami tidak saling membutuhkan... mana mungkin terjalin beberapa titik keakraban yang bisa saling merindukan, yang kemudian dimana kami berdua bisa menikmati momen-momen percakapan yang menyenangkan, hampir di setiap kesempatan perjumpaan."
Namun apa bisa diterka, cukup lama juga dirinya menghilang tanpa kabar berita. Kini hadir kembali dihadapan mata, secara tiba-tiba yang entah dalam rangka apa.
"Masa depan adalah harapan, saya hanya ingin menikmatinya dengan sebaik-baiknya pilihan yang tidak akan sampai berujung kekecewaan." Ujarnya melanjutkan percakapan.
Entah apa maksud dari ucapannya, entah apa yang ada dipikirannya. Namun yang jelas, ucapan dirinya yang baru saja terdengar... tidak butuh jawaban atau sebuah penjelasan, cukup aku jadikan bahan yang akan aku racik menjadi satu atau lain hal yang akan bernilai menarik, yang tentu saja bukan intrik.
"Jalani saja apa yang menurutmu adalah baik dan benar adanya. Kuncinya cukup satu saja... mawas diri." Ujarku yang sok tau, hehehehe.