Lihat ke Halaman Asli

Ridwan Ali

Me Myself and I

Awalan Akhiran

Diperbarui: 10 Juni 2020   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: pixabay.com


Benar adanya, kini aku sudah tidak muda. Menua sesuai yang adalah seharusnya. Aku merasa dan sadar seutuhnya, bahwa pernah ada rupa-rupa tanya dari sekian banyak rahasia alam dunia, yang hingga kini masih saja aku pertanyakan. Aku akan seja mencoba menjawabnya, sesuai kadar ilmu yang aku punya.

Usiaku adalah biasa, jika sedari awal hingga kini, aku menjalani segala sesuatu hanya secara biasa, tanpa berupaya yang hasilnya adalah nyata tak sekadar biasa.

Usiaku akan tak biasa yang tentu saja lebih bertenaga yang berdaya guna, bilamana aneka ragam suasana yang mencengkram, bisa aku kendalikan dengan upaya yang bisa menghasilkan kebaikan yang adalah kebenaran yang menyehatkan juga menentramkan, yang akan mampu membuat nyaman keadaan kenyataan yang tanpa kabut terbalut kalut.

Usiaku tentu saja tak sempurna, ada uji yang terkadang membuatku ciut nyali. Ada goda yang mencoba benamkan aku dari setia yang semestinya terjaga. Ada luka yang menganga terdampak pernah memaksakan kehendak, ada juga ragam cerita beraroma tipu daya yang adalah bohong belaka.

Dunia hadirkan cerita, dunia memberiku makna tentang arti cinta yang adalah kasih sayang yang luas sekaligus mampu meluaskan, yang pada akhirnya mencetuskan kedamaian.

Dunia ajarkan aku arti merdeka yang mampu bebaskan aku dari ragam hal yang pernah membuat buram juga menyempitkan, yang lalu bisa membuatku bertemu dengan yang namanya kesadaran yang berkenan menyadarkan.

Duniaku yang adalah hidup aku juga kelak aku yang mana bisa aku mengelak lalu menolaknya. Berupaya menyempurnakan akal pikiranku yang agar hidupku sesuai tuntunan pun aturan, tentunya adalah kewajaran berkawan kewajiban yang adalah semestinya tunai terlaksana.

Saat ini, aku masih bisa tersenyum, masih terbangun untuk mencoba tak lagi tertegun. Akupun akan berupaya tekun memohon ampun akan hal apapun, yang adalah kesalahan kealpaan yang selama ini aku sadari telah terhimpun yang menjadi sekumpulan yang berkerumun.

Inilah aku yang sekarang, saat-saat kesudahan terngiang terbayang. Kemenangan harus aku jelang, agar tenang keadaan tak hanya sekadar harapan. Sebelum aku pamit meninggalkan kehidupan tanpa secuilpun keresahan juga penyesalan, yang itu semua adalah sama sekali tak menyenangkan yang bukan kenikmatan keberkahan akhir perjalanan.

Ridwan Ali 09062020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline