Lihat ke Halaman Asli

Ridwan Ali

Me Myself and I

Senyuman Tulus Terhubung Raih Bahagia

Diperbarui: 8 Mei 2020   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: pixabay.com


Bersedekah tidak mesti mewah, unsur utama dari sedekah adalah menjadi berkah yang seyogyanya berfaedah
Bersedekah akan bisa mewujud mewah, bilamana keinginan tak dibawa serta jadi penguasa jiwa
Bersedekah akan menjadi hal lumrah yang terbiasa lalu bisa dibiasakan, bilamana kasih sayang kepada sesama...bukan hanya sebatas cita-cita tanpa upaya nyata

Indah bagi rasa teruntuk nutrisi hati, bila bersedekah jadi satu bentuk ibadah yang ditunaikan atas dasar kesadaran yang gagah, sebagai bagian dari satu proses muhasabah diri dari hikmah juga hidayah yang menyapa dengan berbisik kepada diri di suatu hari kala bersih hati terpatri.

Seseorang yang bersahaja, tak terfokus kepada kasta. Harta yang dimiliki, akan digunakan dalam rangka dan upaya mentaati anjuran-Nya. "Bukan untuk siapa-siapa, karena sedekah yang tulus faktanya, sejatinya adalah untuk diri sebagai pribadi dalam rangka takwa di jalan-Nya.

Usia adalah pembeda, antara matang atau belum matang, antara bisa atau tidak bisa, antara sadar atau kurang sadar dan lain sebagainya yang berada diantara baik atau tidak baik, diantara benar atau justru salah.

Usia tidak akan lama, hanya sebentar saja yang tidak akan terasa. Biamana terlalu banyak sia-sia yang terlaksana, apa mau dikata...sebisa mungkin ubah detik ini juga.

Usia juga tidak serta merta bisa jadi tolak ukur bahwa seseorang telah dewasa pun mendewasa. "Karena segala sesuatu kembali ke proses perjalanan hidup seseorang. Tergantung hikmah juga hidayah yang sanggup disadari, dimengerti, sebagai proses perjalanan hidup selama berada di dunia yang sifatnya fana ini. Tersenyumlah...agar supaya awet muda, hehehehe..."

Dua manusia bercengkrama, saling sapa lewat kata. Untuk apa? "Demi tercipta tenggang rasa yang tentunya rasa swargaloka."

Dua manusia duduk bersama, saling bercerita melalui tutur kata bijaksana. Agar apa? "Demi terwujud bahagia bagi satu dan yang lainnya." Pun itu semua, akan bisa terwujud nyata bilamana senyuman ketulusan hadir menemani selama percakapan berlangsung.

Tentunya...bahagia adalah kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri oleh akal juga hati. Bahagia yang bagaimana? "Tentunya bahagia yang sejati-Nya."

Laksana buih di samudera yang begitu luasnya, satu titik bahagia saja yang terasa...bilamana itu adalah sejati-Nya perasaan bahagia, maka alangkah luasnya kenikmatan yang bisa terasa, yang ternyata rasa bahagia yang tiada duanya.

Faktanya...hingga kini pandemi masih terjadi, namun itu semua tidak menutup kemungkinan untuk siapapun bersedekah sesuai kadar kemampuan yang diri miliki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline