Buku yang ditulis oleh Drs Dadeng Hidayat ini, Melawan Teror Tanpa Teror, adalah karya ensiklopedis kecil yang sangat menarik. Untuk Konteks Indonesia, buku ini menguraikan secara kronologis peristiwa pemboman yang dilakukan oleh teroris yang telah menewaskan ribuan orang. Sebagian nserangan bom yang terjadi di berbagai lokasi Indonesia juga menelan korban, terutama yang dikaitkan dengan aksi kelompok Jamaah Islamiyah. Namun sejumlah bserangan bom lainnya, yang jumlahnya tak sedikit diduga beralasan konflik etnis dan agama, kepentingan politik dan aksi kriminal lainnya.
Berikut secara kronologis, daftar serangan bom di Indonesia sejak tahun 2000 yang mengakibatkan korban tewas pada tanggal 1 Agustus 2000, Bom meledak di depan kediaman Duta Besar Filipina di Jakarta, 2 orang terbunuh. Ini merupakan debut bom awal dari kalangan pergerakan Islam yang tidak dipahami Pemerintah.
KATA PENGANTAR
RI pada saat itu, meskipun kemudian dirasakan adanya hubungan dengan kelompok militan di selatan Filipina, namun belum ada yang tahu bahwa kelompok militan Islam MILF (Moro Islamic Liberation Front) itu berakitan dengan kelompok-kelompok militan Islam seperti Darul Islam atau nama resminya Negara Islam Indonesia di Indonesia.
Makanya penanganan Bom Kedutaan Filipina ini sebagai peristiwa kriminal biasa yang terkait dengan politik di luar Indonesia. Pemerintah pada waktu itu tidak perlu menaruh perhatian yang berlebihan untuk bom yang dianggap tak terkait dengan Indonesia secara langsung.
Pada tanggal 13 September 2000 --- Ledakan di gedung Pasar Bursa Jakarta, 15 orang meninggal, puluhan cedera juga menambah kebingungan mengapa gerakan separatis di Aceh menjadi teroris. Terorisme sudah mulai menggejala dalam politik Indonesia. Baru pada tanggal 24 Desember 2000 -- dimana serangkaian serangan di gereja-gereja Jakarta dan kota-kota lain, 17 orang tewas, lebih dari 100 orang luka-luka--- pemerintah.
Indonesia mulai menyadari adanya hal yang mencurigakan dalam soal hubungan Islam dan Kristen yang serius di Indonesia. Namun, peristiwa ini belum juga menyentak pemerintah untuk segera waspada atas kelompok militan yang berpotensi menjadi teroris. Nama Jamaah Islamiyyah masih sangat harum dan masih menjadi kelompok yang berdakwah untuk kemenangan politik tanpa demokrasi yang disukai banyak kalangan.
Kesadaran pemerintah baru benar-benar terhenyak ketika pada tanggal 12 Oktober 2002 -- dikenal sebagai Bom Bali, aksi itu menyerang sebuah klub di Kuta, Bali. 202 Orang tewas, kebanyakan turis asing. 88 orang diantaranya warga Australia. Ratusan orang terluka. Pemerintah terbengong- bengong dan banyak analisa yang keluar tentang hal yang mengejutkan tersebut.
Banyak analisis aneh dan lucu seputar Bom Bali I yang menunjukkan bahwa pemerintah masih gamang dan tak mengerti mengapa hal itu terjadi. Setelah ditelusuri dan ditemukannya para tokoh militan Islam, barulah kesadaran kewaspadaan terhadap kelompok militan Islam---Jamaah Islamiyyah---menjadi sangat tinggi.
Tokoh Ustadz Abubakar Ba'asyir masih menjadi sorotan dan beberapa tokoh lainnya menjadi titik panas perhatian ini. Masih juga membingungkan adalah bom yang meledak pada tanggal 5 Desember 2002 -- Ledakan bom di rumah makan McDonald di Makassar, Sulawesi. 3 Orang tewas.
Bom ini juga masih menyisakan kebingungan di berbagai kalangan. bahkan hingga kini Bom McDonald Makasar ini kurang begitu diminati para peneliti untuk dikaji lebih lanjut. Kewaspadaan ditingkatkan hingga ke daerah-daerah. Serangan bom bukan hanya di Bali dan Jakarta saja.