Lihat ke Halaman Asli

Soeharto Jadi Pahlawan= Penistaan Sejarah Indonesia

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini media kembali ramai memberitakan rencana pengangkatan Soeharto menjadi Pahlawan. Setelah beberapa tahun lalu ditentang habis-habisan, Prabowo Subianto kembali mengangkat isu ini dan menyatakan janjinya untuk mengangkat Soeharto sebagai pahlawan apabila ia terpilih dalam Pilpres 2014.

Jujur saja saya langsung sontak kaget mendengar ketika Prabowo berjanji demikian. Apalagi sebagai orang muda yang anti rezim Orde Baru, saya jelas tidak bisa menerima hal tersebut. Bagi saya ini adalah pengabaian dan penistaan terhadap sejarah bangsa Indonesia. Soeharto duduk berkuasa selama 32 tahun di atas darah jutaan korban keganasan rezimnya.

Sejak tahun 1965, suatu momentum yang menandai lahirnya Orde Baru, Soeharto mulai memanipulasi berbagai hal untuk bisa berkuasa di Indonesia. Mulai dari mengkambinghitamkan PKI. Menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai dalang percobaan kudeta yang pada rezim Orba terkenal dengan G30S PKI. Suatu istilah provokatif yang sangat tidak beralasan. Jutaan bangsa Indonesia dibantai habis-habisan tanpa DISIDANG dan diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan. Dua orang kakek saya korban dari kebiadaban Orba. Kakek saya yang dari mama saya dikategorikan A, sehingga langsung dibantai ketika ditemui tanpa disidang terlebih dahulu. Sedangkan kakek yang dari papa saya, dikategorikan C, sehingga masih ditahan dan tentunya kita ketahui kebiasaan ABRI di masa Orba yang semena-mena. Walaupun akhirnya dibebaskan, kakek yang sebelumnya adalah PNS dan menduduki jabatan di pemerintahan kehilangan posisi, gaji, dan jaminan sosial hingga ketika era Presiden Gus Dur, kakek saya dipulihkan nama baiknya dan menerima dana pensiun. Apa yang terjadi pada kedua kakek saya hanya segelintir dari jutaan kisah piluh yang dialami oleh korban-korban rezim Orba.

Dan dengan hebatnya Soeharto berhasil menahan Soekarno sebagai tahanan rumah yang diperlakukan secara tidak manusiawi. Kemudian demi pencitraan Soeharto mengangkat Soekarno menjadi pahlawan proklamator. Namun dengan politik busuknya ia pun melumpuhkan partai-partai oposisinya. Sebagai contoh, misalnya ketika Pemilu, PNS dan keluarganya diwajibkan memilih Golkar.

Orang mengatakan bahwa Soeharto itu bapak pembangunan.Pembangunan seperti apa? Pembangunan sektor yang mana? Ekonomi seperti apa sih yang digalakan Soeharto? Sadar atau tidak bahwa pembangunan itu hanya sektor ke atas saja. Orang-orang atas saja yang merasakan pembangunannya. Perekonomian justru dikuasai oleh Pengusaha-pengusaha major, pemilik modal menjadi penguasa perekonomian Indonesia. Akhirnya yang kaya semakin kaya, yang miskin makin miskin karena segala potensi si miskin disedot si kaya dengan tamaknya. Termasuk Dinasti Soeharto (baca: Keluarga Cendana) turut menikmati “pembambangunan” ala Soeharto. Kalau kita perhatikan ini tidak beda jauh atau mungkin memang sama dengan ekonomi kapitalis.

Belum lagi ketika pers dan suara kaum muda dibungkam dengan kekerasan dan teror “petrus” (penembak misterius). Banyak aktivis menjadi mayat-mayat yang dibungkus karung dan dibuang dijalan. Dan banyak juga yang hilang entah kemana.

Jadi apakah kita masih menutup mata terhadap sejarah? Mengangkat dia menjadi pahlawan sama artinya dengan pengingkaran terhadap hak-hak korban kekejaman Soeharto. Pengingkaran terhadap hak-hak korban adalah penistaan terhadap sejarah bangsa Indonesia dan penghinaan terhadap darah-darah yang sudah tertumpah demi melengserkan Soeharto.

Bagi saya pernyataan Prabowo yang berjanji untuk mengangkat Soeharto sebagai pahlawan, membuktikan pada kita bahwa Prabowo masih dibayangi oleh rezim Orde Baru. Masih ada semangat Orde Baru yang melekat pada diri Prabowo.

Janganlah kita melupakan kenyataan sejarah. Ingat semboyan “Jas merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Menjadikan Soeharto sebagai pahlawan hanya menimbulkan sakit hati bangsa ini, terutama korban-korban era Soeharto. Salam Jas Merah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline