Lihat ke Halaman Asli

Pemimpin Memohon Ampun kepada Rakyatnya

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu hari di sebuah kerajaan, seorang Raja sedang menyaksikan tentaranya berlatih di bawah intruksi jenderalnya. Tiba-tiba, datanglah seorang tua kepada raja sambil membungkuk dan berkata: “Yang Mulia, mohon maaf beribu maaf, saya ingin menyampaikan masalah yang saya alami.” Sang raja menarik tubuh si orang tua tersebut supaya berdiri, “Ada apa memangnya Pak Tua?” “Maaf beribu-ribu maaf Yang Mulia, kerbau saya hilang ketika berada di sekitar barak tentara.”

Sang Raja tertegun, lalu dia masuk ke barisan tentaranya sambil mengamati satu persatu tentaranya, “Bapak Tua ini kehilangan kerbaunya di sekitar barak kalian. Sangat mudah bagiku untuk mengetahui siapa yang mengambilnya. Sebelum aku tunjuk dan periksa siapa yang bersalah, mending mengaku saja. Apa hukuman yang pantas bagi pelakunya?” Prajurit serempak berteriak, “Hukum mati!!”

Tak lama kemudian, Sang Jenderal datang sambil membawa kerbau. Sang Jenderal mendekati Si Pak Tua dan berkata, “Pak Tua, aku sudah menemukan kerbaumu. Maaf, aku sudah gagal melatih pasukanku, ini kerbaumu yang hilang Pak Tua.” Lalu si Jenderal itu duduk bersimpuh dan berkata, “Pak Tua, aku memohon ampunan darimu, kau boleh menghukumku Pak Tua. Aku sudah gagal melatih pasukanku, aku mohon ampunan Pak Tua.”

Sang Raja, meskipun kedudukannya begitu tinggi dan mulia, tetapi raja tetap masih mau mendengar dan menyelesaikan keluhan rakyatnya. Jenderal langsung mengambil tindakan dan menyatakan bersalah atas perbuatan anak buahnya, dan langsung berlutut di depan si pak Tua memohon ampun atas kesalahannya, yang telah merasa gagal melatih prajuritnya.

Mungkinkah para pemimpin di negeri kita ini bisa seperti raja dan jenderal tersebut? Jenderal polisi di Indonesia berlutut memohon ampun di depan rakyat, karena malu memiliki anak buah yang suka pungli dan tilang damai di jalanan? Atau presiden yang mau mendengarkan keluhan rakyat dan langsung menanganinya tanpa harus berlama-lama dan memerintahkan menterinya yang mengerjakan.

Yang ada kalau anak buah yang salah, maka tetap dialah yang disalahkan. Kepala/pimpinannya seringkali lolos dari tanggung jawab. Coba lihat menteri-menteri yang ada di kabinet kita. Contoh mudah kalau terjadi kecelakaan kereta api, maka yang harus bertanggung jawab ya si Maman (*human error). Ya memang manusia tidak lepas dari kesalahan Pak Menteri. Tetapi kalau kesalahannya berulang-ulang, keretanya tabrakan lagi tabrakan lagi, itu sama saja dengan tidak mau belajar dari kesalahan.

Kalau saja ada anggota DPR yang mau bersujud kepada rakyatnya, meminta maaf karena telah gagal mengemban tugas menyuarakan suara rakyat. Bukannya memperjuangkan nasib rakyat, yang ada malah korupsi dan main perempuan. Benar-benar telah menodai tanggung jawab dan amanah yang telah diberikan oleh rakyat. Lupa kalau dirinya digaji oleh rakyat.

Mungkinkah..? Mimpi kali yee..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline