Lihat ke Halaman Asli

Membangun Karakter Positif Sebagai Bentuk Kepedulian

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13315182171771603973

[caption id="attachment_175923" align="aligncenter" width="512" caption="Karakter Pada Buku "][/caption] Pada hakikatnya karakter lahir dari kebiasaan, sebagai contoh orang yang selalau mencoba ketika ia gagal maka melahirkan karakter yang gigih. Sama halnya dengan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan maka akan melahirkan karakter pemalas. Pentingnya membentuk karakter positif Tujuan dari dimilikinya karakter positif adalah sebuah kesuksesan. Ibarat lahan tanah, karakter merupakan lahan yang gembur dan subur untuk tumbuh berkembangnya berbagai macam bibit kiprah dan karir, sehingga pada suatu hari nanti akan berbuah lebat dan banyak yaitu buah kesuksesan. Mengolah diri menjadi karakter Positif Pertama kita harus bisa mengenal diri dan mengenal lingkungan. Pastikan kita tahu apa yang biasa kita lakukan sehari-hari, sehingga hal tersebutlah yang menentukan masa depan kita. Inilah yang disebut dengan Kultur atau dalam bahasa indonesia adalah budaya. Ada dua jenis tipe orang berdasarkan motifasi kebudayaannya : 1. Motif mengikuti budaya lingkungan Adalah sebuah kebiasaan membanding-bandingkan diri dengan lingkungannya. Jika lingkungannya negatif maka ia akan menjadi negatif, begitu pula sebaliknya. Sebagai contoh nyata, seorang kakak beradik hidup dalam satu rumah. Sang kakak disuruh ibunya untuk membersihkan kamarnya, sedangkan sang adik tidak disuruh. Sang kakak membandingkan dirinya dengan adiknya dan melihat dirisinya merasa diperlakukan tidak adil, karena adiknya tidak disuruh. Alhasil, si kakak tidak langsung membersihkan kamarnya tapi malah "komplain" atau protes karena kenapa adiknya juga tidak disuruh, yang ada adalah marah-marah saja kepada ibunya sedangkan kamarnya tidak pernah dibersihkan . Karakter ini adalah karakter yang sangat rapuh dan biasanya orang yang memiliki karakter ini adalah orang yang rata-rata tidak asik untuk dijadikan teman dekat, karena sifatnya yang selalu bergantung kepada lingkungannya. Ibarat bunglon yang selalu berubah warna kulit, maka karakter ini adalah termasuk karakter yang "Moody". Dia bisa saja menciptakan banyak teman dengan topengnya, akan tetapi pada hakikatnya dalam dirinya merasa kesepian karena tidak pernah memiliki sohib dekat tempat curhat dan menemaninya dalam kesenangan maupun kesusahan. 2. Motif membuat budaya lingkungan Adalah sebuah kebiasaan seorang "pionir" dalam lingkungannya. Ia senantiasa senang untuk melukan sesuatu yang positif diluar dari kebiasaan di lingkungannya. Walaupun lingkungannya negatif, dia tidak langsung terbawa oleh lingkungan tersebut. Akan tetapi cenderung akan memberikan contoh kepada yang lainnya agar bisa diikuti oleh orang-orang dilingkungannya. Sebagai contoh kecil, suatu ketika adi hidup di dalam rumah kontrakan dengan banu dan safwa. Adi melihat banu dan safwa sangat malas sekali membersihkan rumah kontrakannya bersamanya itu, apabila memakai piring dan gelas tidak pernah dicuci kembali. Adi memiliki karakter kuat sebagai pionir, dia tidak langsung memarah-marahi teman-teman satu kontrakannya seperti halnya motif orang yang mengikuti budaya. Dia memulainya dengan memcucikan semua gelas dan piring yang habis dipakai oleh teman-teman satu kontrakannya tersebut walaupun ia seorang diri dan tidak ada yang membantu. Tak hanya itu adi juga membersihkan lantai dan mengepel sekaligus menata rumah agar terlihat bersih. Bagi yang memiliki motif mengikuti lingkungan, dimata orang yang negatif ini adalah pekerjaan seorang pembantu dan sering berfikir "gila ini gua kayak pembokat aja suruh bersih bersih". Akan tetapi Adi memiliki benak yang lebih mulia, di dalam benaknya hanya satu "Cinta Kebersihan yang berujung pada Kesehatan". Dia yakin karakter ini adalah jenis karakter inisiator yang bisa membuat dirinya kelak akan sukses. Dan inilah yang membuat dia selalu bahagia ketika bekerja. Dari motif membuahkan kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter Motif dalam kaidah hukum menentukan seseorang dihukum berat atau tidak berdasarkan apa yang dilakukannya. Sebagai contoh, orang yang membunuh dengan sengaja dan penuh perencanaan akan dihukum lebih berat daripada orang yang tidak sengaja membunuh atau dalam rangka pembelaan. Hasilnya sama adanya objek yang terbunuh, akan tetapi berbeda hukumannya. Sama halnya dengan menjalani hidup, orang yang ingin sukses tanpa sengaja merencanakan dan menargetkan kesuksesannya tidak akan bertahan lama kebahagiaanya bahkan kebingungan dengan akhirnya melahirkan ketakutan. Karakter inilah yang kemudian melahirkan karakter negatif dengan mencari sukses instan yang menghalalkan segala cara dalam menempuh kesuksesannya. Bahayanya lagi jika orang-orang yang memiliki karakter negatif ini menguasai managemen dan kebijakan pemerintahan sebuah bangsa maka bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi pada perkembangan bangsa tersebut. Oleh karena itu, karakter positif adalah karakter emas yang sangat berharga nilainya dan dicari oleh banyak orang. Pastikan kita memiliki karakter emas tersebut dan mulailah dari apa yang menjadi kebiasaan kita saat ini juga, karena sukses masa depan kita ditentukan oleh kebiasaan kita saat ini. (Rolly Maulana Awangga/Sekolah Karakter)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline