*Terjajah Oleh Kolonialisme Budaya
Kita sering bertanya-tanya mengapa negara sebesar dan sekaya ini begitu lambat maju, bahkan sebagian berfikir beberapa tingkat kita tertinggal dari negara serumpun dan satu ras, Malaysia, Brunai terlebih Singapura.
Jawabannya, karena kita cukup lama di bawah hegemoni kolonialisme. Setelah 300 tahun lebih kemudian merdeka di 17 Agustus 1945, tak serta merta kita merdeka baik dari segi ekonomi maupun budaya.
Bahkan semakin ke sini, kita semakin terjajah oleh kolonialisme budaya. Sebagai orang Indonesia yang punya tata budayanya sendiri justru masyarakatnya ada yang arabisme.
Catatan untuk kita, bahwa arabisme bukanlah Islamisme karena banyak non muslim yang juga berbudaya arab. Arabisme tanpa ragu menggerus budaya nusantara.
Bukan hanya arabisme, kita juga diserang oleh budaya barat yang semakin tak karuan, dampak dari budaya barat ini menciptakan karakter konsumtif dan hedonis. Ini tak juga lepas dari kepentingan kapitalis sebagai produsen.
Sejalan dengan itu, secara ekonomi kita juga belum merdeka dengan penuh. Faktanya kita masih bergantung dengan ekonomi global. Di saat banyak negara menyetop pembelian bahan baku karet, kita gelabakan hingga harga karet di tingkat petani berada pada titik nadir.
Kita dengan segala potensi yang ada belum mampu menciptakan pasar untuk produknya sendiri.
Tak sampai di sana, kondisi ini membuat ekonomi kita semakin terjajah karena banyak potensi sumber daya alam dikuasai oleh asing. (*)
*Belajar Dari Kerajaan Sriwijaya
Menilik dari keterpurukan yang terjadi, sepertinya selama ini kita salah dalam menjalankan konsep sebuah negara kepulauan.