Lihat ke Halaman Asli

Pengemis, Perbankan dan Pemerintah di Aceh

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tadi saat lagi asik2nya ngopi di "dhapu kopi" ada seorang ibu yang berumur sekitar 40 tahun dengan kondisi tubuh yang masih sehat memperlihtkan surat keterangan miskin dan meminta sedekah. Lalu karena penasaran saya bertanya kenapa dia mengemis padahal kondisi tubuhnya masih sangat bugar?

Lalu ibu itu menjawab "kiban ta peugot neuk, loen peng hana, ilme pi hana, bunyo hana lakee2 lage nyo cit hana pajoh bu..." ( mau gimana lagi nak, saya uang gak punya, ilmu pun gak punya, kalau gak minta2 gini memang gak bisa makan..."

Jawaban singkat si Ibu ini memang sungguh sangat ironis mengingat dia sedang menginjakan kakinya di bumi serambi Makkah yang konon sedang kencang2nya mengenjot pembangunan.

Ada dua point dari jawaban Ibu tersebut yang menjadi alasannya untuk mengemis selama ini, yang selayaknya mampu di atasi.

1. Hana Peng (Tidak punya Uang/Modal)

Hal ini membuat saya tersenyum jengkel, jengkel karena selama seminggu terakir surat kabar Serambi Indonesia sering memberitakan mengenai pihak perbankan di Aceh yang "pelit" dan Takut dalam memberikan kredit bagi masyarakat Aceh.

Saya jadi teringat Film YES MAN yang siperankan oleh Jim Carrey, dimana dia bekerja pada sebuah lembaga keuangan. Dia mendapatkan penghargaan dan promosi karena kebijakan untuk berani memberikan kredit bagi usaha kecil bin unik ternyata mampu menaikan laba perusahaan dan meningkatkan taraf ekonomi banyak orang yang diberikan kredit. Andaikan saja pihak perbankan sedikit lebih berani dalam memberikan kredit bagi usaha kecil tentu permasalahan ini bisa sedikit teratasi.

2. Hana Ilme (tidak berilmu/skill)

Aceh adalah dearah yang lagi gencar2nya membangun setelah lama diteror perang dan dihantam Tsunami, di kota Banda Aceh pembangunan dapat terlihat begitu pesatnya, aliran dana yang begitu besar telah berhasil mengubah raut wajah kota Banda Aceh jadi lebih maju dan baik. NAmun sayangnya pembangunan tampaknya hanya berurusan dengan insfratruktur dan fisik (yang gosipnya hanya menguntungkan pengusaha besar). Pemabngunan mental dan masyarakat belum tampak.

Menanggapi alasan si Ibu pengemis tadi, sudah semestinya PEMDA lebih bijak dalam membimbing dan memberikan pelatihan bagi mereka agar mereka bisa Mandiri dalam hidup. jadi Pemda tidak dengan serta merta mengeluarkan peringatan melarang memberikan bantuan kepada pengemis padahal mereka tidak pernah memberikan solusi kepada para pengemis.

Bukankah pembangunan itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat? jadi apa artinya gedung besar, mesium keren, mobil dinas mewah, jalan bagus, infrastruktur lengakap jika masih ada rakyat yang harus mengemis hanya untuk membeli beras.

Rakyat tidak akan kenyang dengan melihat2 gedung pemerintah yang besar dan jalan yang bagus, rakyat butuh solusi untuk makan!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline