Lihat ke Halaman Asli

Awan Aditya

Music player

Sejarah dan Perkembangan Huruf Braille, Huruf Timbul untuk Membantu Menulis dan Membaca Disabilitas Netra

Diperbarui: 5 Mei 2021   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tentu huruf braille memiliki sejarahnya tersendiri. Sejarah huruf braille bukan berawal dari Luis braille, melainkan terlebih dahulu dari seorang Prajurit asal prancis bernama Charles Barbier. Ia adalah prajurit yang tergabung dalam pasukan Napoleon Bonaparte. 

Saat itu, banyak pasukan yang gugur karena masih menggunakan cara berkomunikasi dengan menggunakan penerangan. Disitulah ia memiliki inovasi untuk menciptakan huruf unik yang Ia namakan tulisan malam. Tulisan ini dapat ditulis dan dibaca tanpa mata  karena untuk kebutuhan berkomunikasi tanpa penerangan untuk misi keselamatan dalam berperang pada tahun 1800. Wah, unik ya! Lalu, bagaimana cara membacanya?

Huruf ini dapat dibaca dengan cara diraba. Sesuai dengan apa yang dijelaskan pada sejarahnya, huruf ini memang diciptakan untuk dibaca dalam kegelapan atau tanpa penglihatan. Bisa juga dikatakan, berangkat dari misi untuk penyelamatan, sang prajurit (Charles Barbier) mungkin ingin menciptakan huruf ini untuk kerahasiaan cara berkomunikasi pasukannya itu.

Pertama kali, huruf malam ini dikenal dengan nama huruf Sonografi Barbier, karena berasal dari nama penciptanya yakni Charles Barbier. Huruf Sonografi Barbier memiliki 12 sell (masing-masing memiliki 6 lubang timbul yang sejajar) berdasarkan letak lubang dalam sel.

Menarik ya? Tidak hanya sampai disitu, huruf Barbier ini memiliki cara penulisan dan cara membaca yang berbeda. Jika saat ini teman-teman reader menulis dengan huruf biasa (dengan pencil/pulpen dan kertas) dengan arah menulis dan membacanya sama, akan berbeda dengan cara penulisan huruf yang diciptakan oleh Charles Barbier. Huruf ini ditulis dari kanan dan dibaca dari kiri karena untuk membaca tulisan ini kertas harus dibalik terlebih dahulu.

Itulah sejarah pertama kali munculnya huruf malam yang berawal dari nama Sonografi Barbier.

Nah, pertama kali, huruf timbul ini digunakan dan direfisi kembali oleh seorang anak berumur 8 tahun asal desa kecil di Coupfray, Prancis bernama Luis Braille. Luis berteman dengan Barbier beberapa tahun seusai perang di Prancis terjadi. 

Luis Braille yang saat itu diterima disebuah sekolah bernama The National Institute for The Blind, mengadopsi table Barbier untuk digunakan oleh penyandang tunanetra untuk menulis dan membaca. Agar kelak nantinya penyandang tunanetra dapat menulis dan membaca seperti orang-orang yang normal. 

Lalu, Luis mengurangi sell table sonografi Barbier menjadi setengahnya, yang awalnya adalah 12 sell, hanya menjadi 6 sell saja agar lebih terstruktur dan lebih mudah diraba oleh jari. Menurut Luis, 6 titik saja sudah cukup. 12 sel memang akan  banyak kombinasi titik yang dapat digunakan. Namun, hal itu akan membuat jari tidak sensitif lagi dalam meraba titik-titik tersebut.

Sejarahnya yang sangat berkesan, dari anak berumur 8 tahun yang memiliki ide yang sangat brilian, menciptakan huruf braille yang diadopsinya dari Sonografi Barbier (huruf malam) untuk cara berkomunikasi pasukan perang agar dapat ditulis dan dibaca dalam keadaan gelap atau tanpa penglihatan, saat ini telah digunakan oleh seluruh penyandang disabilitas netra di seluruh dunia.

Oleh karena itu, tanggal 4 Januari diperingati sebagai hari braille sedunia untuk kesadaraan pentingnya braille sebagai pemenuhan hak asasi manusia bagi orang tidak melihat atau tunanetra.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline