Sejak bulan marret 2020, pandemi Covid-19 sangat mengubah tatanan hidup manusia, tidak terkecuali kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun perguruan tinggi. Apa lagi sejak bulan Juli lalu, pemerintah menetapkan pembatasan social berskala besar untuk pertama kalinya di DKI Jakarta dan diikuti oleh beberapa provinsi lainnya demi memutus rantai penularan Covid-19. Akibatnya aktivitas pembelajaran terhenti, siswa siswi dan para guru harus melakukan kegiatan belajar mengajar dirumah masing-masing secara daring.
Hal ini membawa beberapa kesulitan bagi para pengajar di sekolah, diantaranya :
- Pengajar seperti hanya berbicara pada satu arah saja
Hal ini disebabkan karena pengajar hanya menggunakan media computer dan ponselnya untuk memberikan dan memaparkan materi kepada siswa siswinya.
- Guru tidak dapat mengawasi jalannya ujian smester selama pembelajaran daring
Terkadang ketidak jujuran sering terjadi kala pembelajaran dirumah karena seluruh aktivitas belajar tidak diawasi oleh guru. Akibatnya, siswa siswi lebih memilih melihat jawaban di internet atau menyalin jawaban temannya. Tidak heran jika selama pembelajaran daring, kebanyakan siswa mendapatkan nilai tinggi karena mendapatkan Salinan jawaban tersebut.
Dalam hal ini guru harus memiliki strategi agar siswa tidak melakukan tindakan mencontek.
- Kendala dalam menggunakan alat-alat berbasis teknologi
Guru mau tidak mau harus mengikuti keadaan yang ada pada saat ini, kondisi dimana pandemi sedang melanda seluruh dunia dan merumahkan mayoritas penduduk negara.
- ketersediaan jaringan internet
Hal ini adalah kendala utama dalam pembelajaran daring, terutama jika pembelajaran dilakukan melalui video conference seperti google meet, zoom, Microsoft teams, dan sebagainya. Media media tersebut menggunakan jaringan data seluler yang tinggi karena menampilkan gambar dan berbagi layar sebagai fitur untuk mempresentasikan materi.
Masa pandemi, teknologi adalah salah satu solusi terbaik dalam melakukan seluruh kegiatan termasuk pembelajaran.
Tetapi, apakah semua guru mengerti akan sangat canggihnya teknologi saat ini?
Dikutip dari antaranews, kemendikbut menyatakan Hanya 40 Persen Guru Siap dengan Teknologi. Artinya tidak semua guru siap dengan kemajuan teknologi di era refolusi 4.0, masih terdapat 60 persen guru belum siap menghadapi era refolusi 4.0 pada saat ini. Sulitnya ketersediaan jaringan internet bagi guru di pedalaman juga menjadi permasalahan.
Mengatasi hal itu, kemendikbut bersama kominfo melatih 10.000 guru setiap tahunnya agar dapat terbiasa dalam menggunakan teknologi dan berupaya menyediakan jaringan internet di setiap sekolah.