Lihat ke Halaman Asli

Atas Nama Cinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Andai kisah Romeo dan Juliet nyata adanya, barangkali semua dari kita tidak pernah mengetahui apa yang akan dilakukan mereka di "alam" sana, saat mengetahui tragedi percintaan mereka dijadikan sebagai simbol kesucian cinta.

Mungkinkah keduanya bersorak bangga atau mungkin pula si Romeo akan bangkit dari persemayamannya kemudian meminjam tongkat Nabi Musa as, agar para pengaggumnya dilumat mentah-mentah oleh ular jelmaan tongkat itu laksana ular-ular "ciptaan" para penyihir raja Fir'aun yang menyadarkan penyihir-penyihir itu akan kedunguannya.

Pun bisa jadi keduanya hanya akan sekedar tersenyum getir karena toh mereka tak pernah sempat mendefinisikan nasib cinta mereka ; kehormatan atas nama cinta atau kebodohan yang berbaju kepolosan dan berhiaskan keberanian konyol.

Apa yang kemudian patut dijadikan suri tauladan dari sepasang potongan jiwa yang begitu rapuh? kekaguman apa yang masih tersisa dari melankolisme sebuah mimpi yang berjarak begitu rupa dengan landasan realita dan menjadikan kematian sebagai pungkas dari kisah yang begitu penuh gairah awal mulanya?

Cinta?

Begitu ramai kemudian manusia membuat tafsir tentangnya yang menjelma dalam banyak pertalian; keturunan (nasab), pernikahan, persahabatan,pengabdian,penghambaan buah relasi dua entitas baik yang didasarkan pada kesepadanan ( egaliterisme ) maupun antara super ordinat - sub ordinat.

Akan tetapi tentunya kesemuanya sepakat bahwa cinta dan kehidupan adalah kausalitas yang tidak bisa terelakkan.

Hewan melata ada dan beranak pinak karena cinta, manusia ada karena cinta,alam semesta dan isinya ada karena cinta.

Cinta adalah keagungan dan hidup adalah kehormatan, lalu siapa pecinta yang begitu rupa berani menyenandungkan kidung kematian atas nama cinta?

atas nama hidup,

yang dibenci

bukan yang dihindari dan ditakuti

yang dicintai

bukan yang dihasratkan

banyak ketakutan manusia yang tak nyata

lalu mengapa

bersedih untuk sesuatu yang belum nyata adanya?

kehormatan

hanyalah,

keberanian menantang matahari

esok hari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline