Lihat ke Halaman Asli

Awalus Shoim

Wiraswasta

Menggapai Sebuah Titik Balik, Memaknai Hari Kepahlawanan

Diperbarui: 11 November 2019   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama kawans Bre Jipang

   

Pagi itu kami melaju antara Depok menuju Jatiwaringin Pondok Gede, dalam mengatur kepastian waktu dan kesiapan kawan kawan dalam pertemuan spontanitas kami memilih moda tranportasi umum atau pribadi atau model berlari berkuda atau ala panzer😊.

Masing-masing kami telah terborder aktifitas rutin, kerja atau undangan nikah, akhirnya tercapailah perjumpaan itu dan di tengah cengkrama asyiknya kelakar dan cerita kenangan masa SMA yang coba kami rajut lagi, sampailah kami pada satu tema titik balik dari setiap perjalanan masing -masing.

Semua apa yang kita jalani rupanya dalam kehendakNya, perjumpaan kami ditepatkan di hari Ahad dalam suasana kelahiran sang panutan Maulid Nabi Muhammad SAW, bertepatan pula dalam peringatan heroisme perlawanan rakyat Surabaya dan Jatim 10 November, yang mana tersemat sosok Bung Tomo dalam bait bait buncah pembakar semangat arek arek Suroboyo dan sekitarnya, tentu saya tergerak mengambil satu sentuhan rasa, merangkai dalam simpul tautan zaman dan momentum, menyadarkan evaluasi langkah dan orientasi hidup, tersalah atau mungkin yang berlebih karena sebuah kecendrungan  dinamika pergaulan .

Dan sosok KY yang disibukkan dalam menggawangi bidang riset analisa, audiometer company mapan, juga kawan kami ER yang dalam kepadatan aktifitas kontrolnya di pabrikasi transportasi meluangkan kehadiran kawan
SN yang lama menikmati dunia offshore kini dalam kiprah lain dan sambangi kami.

Saya akhirnya coba banyak merangkai puzzle perseteruan dalam setahun kemarin juga aneka seteru kecil dalam lingkup yang beragam, rupanya kepahlawanan Muhammad sang pencerah dan Bung Tomo menjadi panutan estafeta kegigihan dan kedamaian juga sentuhan mesra pada sesama, kita tak bisa berdiri begitu kuat dalam hari hari penantian, apalagi masa pubertas dua pun dah tertapaki, kami tetap punya komitmen spiritualitas bukan excuse atas  perbedaaan apalagi sinkretis tapi zig zag dan petualangan eksistensial cebong kampretpun memberi kami hikmah, polarisasi yang kuat itu "toh nggak gitu gitu amat".

Ada kaidah dalam kepemimpinan dan kriteria sosok, apakah dia mampu menjadi uswah (panutan dalam perilaku dan sikap ) dan qudwah (teladan dalam pemikiran dan pengorbanan) dan di hari ini kami tercerahkan sosok kepahlawanan pembawa risalah hingga Bung Tomo penerus identitas dan penyatu dalam gelegar takbir dan nuansa keindonesiannya, memadu antara keislaman dan nasionalisme yang tak perlu dibenturkan.

Satu titik temu yang coba kami rangkai adalah momentum tak datang dua kali,
rencana sering gagal tapi kali ini kami tergiring untuk tidak lewatkan. Dan titik balik itu adalah setiap dinamika masa bisa kita maknai kearifannya. Untuk tidak memandang frontal dalam warna, dan menjaga konsistensi diri, dalam sitir kawan KY nash Quran ..
(كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفۡعَلُونَ)
 Ash-Shaf 3

sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Tunggul Ametung dan Ken Arok hingga
Raden Wijaya dan Prabu Kertanegara tersenyum memandang bangsa ini menerjemahkan Islam dan kenusantaraannya dalam sejarah kebesarannya dengan sisa aliran sungai Brantas.

Sutowijoyo dan Aryo Penangsang akan menghantarkan transisi Demak ke Pajang tanpa berdarah darah hingga   Jipang tak kering saat kemarau dan banjir saat penghujan karena aliran sungai bengawan Solo tak ternodai petumpahan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline