Setahun yang lalu, saya adalah orang yang merasa sangat produktif. Pernah selama dua bulan, setiap pagi saya menyempatkan waktu untuk menulis di Kompasiana. Kemudian, entah apa alasan yang tepat, saya memutuskan untuk menghapus semua konten yang saya posting menjelang 2023 kemarin.
Saya mengalami hari-hari di mana kehabisan akal untuk menulis, selain itu ada alasan klise lainnya, yaitu: kurang diapresiasi secara materi, meskipun ini mungkin hanyalah subjektif. Daripada "ngeyel" atau sekedar protes, saya memilih untuk terus belajar. Menghabiskan waktu lebih banyak untuk membaca, mengikuti kursus kepenulisan, dan belajar membangun website (kami mulai dengan sibiren.com).
Setelah vakum sekian lama, saya kembali ke blog ini (yang ternyata centangnya sudah hilang) dan membaca tulisan-tulisan lama. Ada kesimpulan yang saya tarik, setelah diperiksa ternyata tulisan itu membuat saya tertawa. Mulai dari EYD yang masih banyak salah, hingga penempatan kata-kata yang dirasa kurang pas. Meskipun saya sedikit bangga dengan ide dan gagasannya, haha.
Saat termenung di sudut warung kopi, saya membaca tulisan yang menceritakan ada seorang guru photographer yang memberikan dua jenis ujian kepada siswanya. Pertama, disuruh mengumpulkan foto terbaik sebanyak tiga foto saja, tapi harus yang berkualitas di akhir pembelajaran. Kedua, siswa disuruh untuk memotret setiap hari, dan mengumpulkan foto sebanyak-banyaknya.
Menariknya, yang mendapatkan nilai yang bagus adalah justru yang mengejar kuantitas tadi, dengan hasil foto sebanyak-banyaknya. Ternyata memotret setiap hari melatih keahlian sang photographer serta akan tetap ada kualitas dibalik mengejar sebuah kuantitas.
Akhirnya, saya memutuskan lagi untuk menulis lagi di sini, di Kompasiana, Sebuah blogging yang sesungguhnya menuntun para penulis meningkatkan kualitasnya. Sebisa mungkin saya berusaha akan menulis setiap hari di sini, berbagi tentang sosial, agama dan kemanusiaan.
Terima kasih. Saya memulainya di hari baik ini tepat di hari ulang tahun.
Salam,
Catatan.gelandangan