Lihat ke Halaman Asli

Awaluddin aceh

Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Mengatasi Ketakutan dan Fobia pada Anak dengan Pendekatan Empatik

Diperbarui: 16 September 2024   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar: orami.co.id)

Ketakutan dan fobia merupakan bagian dari pengalaman hidup setiap manusia, termasuk anak-anak. Di masa pertumbuhan, mereka sering kali menghadapi berbagai ketakutan yang tampak sepele bagi orang dewasa, seperti takut pada gelap, serangga, atau suara keras. Dalam beberapa kasus, ketakutan ini dapat berkembang menjadi fobia yang mengganggu keseharian anak. Mengatasi ketakutan dan fobia anak membutuhkan pendekatan yang penuh empati, di mana orang tua dan pengasuh memahami perasaan anak dan membantu mereka mengatasi ketakutan dengan cara yang lembut dan mendukung.

Pentingnya Memahami Ketakutan Anak

Ketakutan pada anak sering kali muncul seiring perkembangan imajinasi dan pemahaman mereka tentang dunia. Misalnya, pada usia balita, banyak anak takut pada kegelapan karena mereka mulai membayangkan hal-hal yang tidak nyata, seperti monster di dalam lemari. Pada usia yang lebih besar, ketakutan sosial, seperti takut berbicara di depan umum atau takut tidak diterima oleh teman-teman, dapat muncul.

Sebagai orang dewasa, mudah bagi kita untuk meremehkan ketakutan ini karena kita memiliki pengalaman hidup yang lebih luas dan pemahaman yang lebih baik tentang dunia nyata. Namun, bagi anak, ketakutan ini sangat nyata dan dapat menimbulkan stres yang signifikan. Oleh karena itu, penting untuk tidak mengabaikan atau menyepelekan perasaan mereka. Sebaliknya, orang tua perlu mendekati ketakutan anak dengan empati dan pemahaman yang tulus.

Empati: Kunci Mengatasi Ketakutan Anak

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, serta merespons dengan cara yang mendukung. Dalam konteks mengatasi ketakutan dan fobia anak, empati berarti mengakui perasaan anak tanpa menghakimi, serta membantu mereka merasa aman dan didukung.

Ketika anak merasa takut, penting bagi orang tua untuk tidak segera memberikan solusi atau memaksa anak untuk mengatasi ketakutannya. Langkah pertama adalah mendengarkan dan memahami apa yang membuat mereka merasa takut. Misalnya, jika seorang anak takut pada suara petir, alih-alih mengatakan "Tidak ada yang perlu ditakutkan," orang tua dapat berkata, "Aku tahu suara petir itu sangat keras dan bisa membuatmu merasa tidak nyaman. Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk membuatmu merasa lebih aman?"

Dengan merespons ketakutan anak secara empatik, kita menunjukkan bahwa perasaan mereka valid dan penting. Hal ini membantu anak merasa didengarkan dan dihargai, yang pada gilirannya dapat mengurangi intensitas ketakutan mereka.

Mengidentifikasi Sumber Ketakutan dan Fobia

Langkah berikutnya dalam mengatasi ketakutan dan fobia anak adalah mengidentifikasi sumber spesifik ketakutan mereka. Dalam beberapa kasus, ketakutan mungkin bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak. Namun, jika ketakutan berlanjut atau berkembang menjadi fobia, orang tua perlu mencari tahu apa yang memicu ketakutan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline