Lihat ke Halaman Asli

Awaluddin aceh

Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Menghadapi Tantangan, Ketika Anak Mulai Membantah Orang Tua

Diperbarui: 3 September 2024   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar: https://www.idntimes.com)

Dalam proses perkembangan anak, memasuki masa remaja adalah fase yang penuh tantangan bagi orang tua. Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah saat anak mulai menunjukkan sikap membantah. Sikap ini seringkali menimbulkan kecemasan dan kebingungan di kalangan orang tua, karena sering dianggap sebagai indikasi bahwa anak tidak menghormati mereka. Namun, membantah bukanlah hal yang harus dipandang negatif secara langsung. Sebaliknya, ini bisa menjadi tanda perkembangan psikologis yang penting. Memahami alasan di balik sikap ini dan bagaimana cara yang tepat untuk menanganinya dapat membantu membangun hubungan yang lebih sehat antara orang tua dan anak.

1. Pahami Tahapan Perkembangan Anak

Masa remaja adalah periode perubahan besar, baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahap ini, anak mulai mencari identitas diri dan mengembangkan otonomi. Menurut Erik Erikson, fase ini dikenal dengan tantangan "Identitas versus Kebingungan Peran." Anak mulai mencoba berbagai peran dan menguji batas-batas, termasuk dengan orang tua mereka. Oleh karena itu, sikap membantah bisa jadi merupakan cara mereka untuk mengeksplorasi dan menegaskan diri. Dalam konteks ini, membantah bukan hanya tentang perlawanan, tetapi juga tentang proses pencarian jati diri dan pengembangan kemandirian.

2. Komunikasi Terbuka dan Empati

Komunikasi yang terbuka dan empatik adalah kunci dalam menghadapi sikap membantah anak. Alih-alih merespons dengan kemarahan atau frustrasi, cobalah untuk mendengarkan dengan penuh perhatian. Tanyakan kepada anak tentang perasaan mereka dan alasan di balik sikap mereka. Ini tidak hanya membantu mengurangi ketegangan, tetapi juga memberi anak kesempatan untuk merasa didengar dan dimengerti. Pendekatan ini dapat memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak, serta membuka jalan untuk diskusi yang lebih konstruktif.

3. Tetapkan Batas yang Jelas dan Konsisten

Meskipun penting untuk mendengarkan dan memahami anak, menetapkan batas yang jelas tetaplah penting. Batasan ini membantu anak memahami ekspektasi orang tua dan konsekuensi dari tindakan mereka. Namun, penting untuk memastikan bahwa batasan ini diberikan secara konsisten dan dengan alasan yang logis. Misalnya, jika ada peraturan tentang jam malam, diskusikan alasan di balik peraturan tersebut dan bagaimana hal itu dapat melindungi kesejahteraan mereka. Konsistensi dan kejelasan membantu anak merasa lebih aman dan mengurangi kecenderungan mereka untuk membantah.

4. Fleksibilitas dan Kemandirian

Meskipun batasan itu penting, memberikan ruang bagi anak untuk membuat keputusan juga krusial. Fleksibilitas dalam menentukan aturan dan memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia mereka dapat membantu anak merasa lebih berdaya dan dihargai. Misalnya, memberikan anak pilihan dalam hal kegiatan atau tanggung jawab rumah tangga dapat memperkuat rasa kemandirian mereka dan mengurangi kecenderungan untuk membantah. Dengan cara ini, anak merasa lebih terlibat dalam keputusan yang mempengaruhi mereka, dan ini bisa mengurangi konflik.

5. Contohkan Sikap yang Diharapkan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline