Dalam proses perkembangan anak, memasuki masa remaja adalah fase yang penuh tantangan bagi orang tua. Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah saat anak mulai menunjukkan sikap membantah.
Sikap ini seringkali menimbulkan kecemasan dan kebingungan di kalangan orang tua, karena sering dianggap sebagai indikasi bahwa anak tidak menghormati mereka. Namun, membantah bukanlah hal yang harus dipandang negatif secara langsung.
Sebaliknya, ini bisa menjadi tanda perkembangan psikologis yang penting. Memahami alasan di balik sikap ini dan bagaimana cara yang tepat untuk menanganinya dapat membantu membangun hubungan yang lebih sehat antara orang tua dan anak.
1. Pahami Tahapan Perkembangan Anak
Masa remaja adalah periode perubahan besar, baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahap ini, anak mulai mencari identitas diri dan mengembangkan otonomi.
Menurut Erik Erikson, fase ini dikenal dengan tantangan "Identitas versus Kebingungan Peran." Anak mulai mencoba berbagai peran dan menguji batas-batas, termasuk dengan orang tua mereka.
Oleh karena itu, sikap membantah bisa jadi merupakan cara mereka untuk mengeksplorasi dan menegaskan diri. Dalam konteks ini, membantah bukan hanya tentang perlawanan, tetapi juga tentang proses pencarian jati diri dan pengembangan kemandirian.
2. Komunikasi Terbuka dan Empati
Komunikasi yang terbuka dan empatik adalah kunci dalam menghadapi sikap membantah anak. Alih-alih merespons dengan kemarahan atau frustrasi, cobalah untuk mendengarkan dengan penuh perhatian.
Tanyakan kepada anak tentang perasaan mereka dan alasan di balik sikap mereka. Ini tidak hanya membantu mengurangi ketegangan, tetapi juga memberi anak kesempatan untuk merasa didengar dan dimengerti. Pendekatan ini dapat memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak, serta membuka jalan untuk diskusi yang lebih konstruktif.