Lihat ke Halaman Asli

Awaluddin aceh

Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Bahaya Menunda Pernikahan, Dampak Jangka Panjang terhadap Kehidupan dan Keluarga

Diperbarui: 28 Agustus 2024   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar: https://www.portalbontang.com)

Pernikahan adalah salah satu institusi sosial tertua dan paling sakral dalam sejarah manusia. Sebagai bentuk ikatan antara dua individu yang saling mencintai, pernikahan diharapkan menjadi fondasi dari keluarga yang kuat dan harmonis. Namun, di era modern ini, semakin banyak pasangan yang memilih untuk menunda pernikahan dengan berbagai alasan. Ada yang ingin fokus pada karier, mengejar pendidikan lebih tinggi, atau menunggu stabilitas finansial sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Meski alasan-alasan tersebut dapat dipahami, menunda pernikahan terlalu lama juga memiliki potensi bahaya yang perlu dipertimbangkan.

1. Penurunan Kesuburan

Salah satu risiko utama dari menunda pernikahan terlalu lama adalah penurunan kesuburan, terutama bagi wanita. Kesuburan wanita secara alami mulai menurun setelah usia 30 tahun, dan penurunan ini semakin signifikan setelah usia 35 tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah dan kualitas sel telur seiring bertambahnya usia. Bagi pria, meskipun penurunan kesuburan tidak secepat wanita, kualitas sperma juga dapat menurun seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, menunda pernikahan hingga usia yang lebih tua dapat menyulitkan pasangan yang ingin memiliki anak, bahkan dapat menyebabkan infertilitas.

2. Risiko Kesehatan Selama Kehamilan

Bagi wanita yang menunda pernikahan dan kehamilan hingga usia yang lebih tua, risiko kesehatan selama kehamilan juga meningkat. Kehamilan pada usia yang lebih tua, terutama di atas 35 tahun, dikaitkan dengan berbagai komplikasi seperti preeklampsia, diabetes gestasional, dan persalinan prematur. Selain itu, risiko keguguran juga lebih tinggi pada usia lanjut. Memiliki anak pada usia yang lebih tua juga meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan kelainan genetik, seperti sindrom Down. Oleh karena itu, menunda pernikahan terlalu lama dapat berisiko tidak hanya bagi kesehatan ibu tetapi juga bagi kesehatan bayi.

3. Tekanan Sosial dan Stigma

Meskipun masyarakat modern cenderung lebih terbuka dan toleran terhadap pilihan individu, stigma terhadap orang yang menunda pernikahan masih ada di banyak budaya. Di beberapa masyarakat, terutama yang lebih tradisional, individu yang belum menikah pada usia tertentu dapat menghadapi tekanan sosial yang besar. Mereka mungkin dianggap "terlalu tua" untuk menikah atau dianggap "terlalu pilih-pilih". Tekanan ini tidak hanya datang dari keluarga tetapi juga dari teman-teman sebaya dan komunitas yang lebih luas. Tekanan sosial ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan menurunkan rasa percaya diri seseorang.

4. Perubahan Prioritas dan Harapan

Menunda pernikahan hingga usia yang lebih tua juga dapat memengaruhi prioritas dan harapan individu. Seiring bertambahnya usia, seseorang mungkin menjadi lebih mapan secara finansial, lebih mandiri, dan memiliki rutinitas yang sudah terbentuk. Akibatnya, mereka mungkin menjadi kurang fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan yang membutuhkan kompromi dan adaptasi. Selain itu, harapan terhadap pasangan hidup juga dapat berubah seiring bertambahnya usia. Seseorang yang menunda pernikahan mungkin mengembangkan harapan yang lebih spesifik atau bahkan idealis, yang pada akhirnya dapat menyulitkan mereka untuk menemukan pasangan yang sesuai.

5. Kesepian dan Isolasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline