Lihat ke Halaman Asli

Awaluddin aceh

Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Persahabatan yang Iklas, Langkah Memaafkan dan Bersikap Setelah Tahu Dimanfaatkan

Diperbarui: 9 Agustus 2024   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar:https://pixabay.com)

Persahabatan adalah hubungan yang dibangun di atas dasar saling percaya, menghargai, dan peduli satu sama lain. Di masa kuliah, kita seringkali menemukan teman-teman yang memiliki peran penting dalam perjalanan hidup kita. Namun, tidak semua persahabatan berjalan mulus. 

Ada kalanya kita menyadari bahwa kebaikan dan ketulusan kita dimanfaatkan oleh teman yang kita anggap dekat. Pengalaman ini bukanlah hal yang mudah, namun di balik itu, ada pelajaran berharga tentang bagaimana memaafkan dan bersikap bijak setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut.

Awal Persahabatan yang Tulus

Ketika pertama kali memasuki dunia perkuliahan, saya bertemu dengan seseorang yang sepertinya memiliki banyak kesamaan dengan saya. Kami sering belajar bersama, berbagi cerita tentang kehidupan, dan menghadapi tantangan perkuliahan dengan saling mendukung. Saya merasa telah menemukan seorang teman sejati yang bisa diandalkan dalam segala situasi. Kami menjadi sangat dekat, sering kali menghabiskan waktu berjam-jam membahas mata kuliah, tugas-tugas, dan impian masa depan.

Dalam hati, saya berusaha selalu memberikan yang terbaik untuk persahabatan ini. Saya sering membantu teman saya ini, baik dalam hal akademik maupun masalah pribadi. Ketulusan saya untuk membantu dan memberikan waktu serta tenaga tidak pernah saya pertanyakan. Saya menganggap itu adalah bagian dari persahabatan, di mana kita seharusnya saling menguatkan.

Menyadari Diri Dimanfaatkan

Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai merasa ada yang tidak beres. Setiap kali saya membutuhkan bantuan, teman saya sering kali menghilang atau memberikan alasan yang tidak masuk akal. Di sisi lain, ketika dia membutuhkan sesuatu, dia selalu datang kepada saya dengan permintaan yang kadang terasa berat. Saya mulai merasakan adanya ketidakseimbangan dalam hubungan ini, seolah-olah saya hanya berfungsi sebagai tempat bergantung tanpa adanya timbal balik yang setara.

Rasa curiga mulai muncul, namun saya mencoba untuk mengabaikannya. Saya berpikir mungkin dia sedang mengalami masalah pribadi yang membuatnya bersikap demikian. Hingga suatu hari, saya mendengar dari teman lain bahwa dia sering membicarakan saya di belakang, menganggap saya sebagai "sumber bantuan" yang mudah dimanipulasi. Perasaan sakit dan kecewa langsung menghantam hati saya. Seluruh kepercayaan yang saya bangun perlahan runtuh, dan saya mulai mempertanyakan apakah persahabatan ini benar-benar tulus dari kedua belah pihak.

Menghadapi Kenyataan Pahit

Menghadapi kenyataan bahwa saya telah dimanfaatkan oleh seseorang yang saya anggap teman sejati bukanlah hal yang mudah. Saya merasa marah, kecewa, dan terluka. Namun, di balik perasaan-perasaan tersebut, saya tahu bahwa saya tidak boleh terlarut dalam dendam atau kebencian. Saya memahami bahwa kebencian hanya akan merusak diri saya sendiri, sementara dia mungkin tidak terlalu memikirkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline