Lihat ke Halaman Asli

Awaluddin aceh

Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Keuntungan dan Kerugian Perangkingan Siswa

Diperbarui: 7 Agustus 2024   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar: sumateraekspres.bacakoran.co)

Perangkingan siswa di sekolah adalah praktik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Sistem ini digunakan untuk menilai dan membandingkan prestasi akademik siswa dengan rekan-rekan mereka. Meskipun perangkingan memberikan beberapa keuntungan, ia juga memiliki sejumlah kerugian yang harus dipertimbangkan dengan cermat.

Keuntungan Perangkingan Siswa

  1. Motivasi untuk Berprestasi Salah satu keuntungan utama dari perangkingan siswa adalah kemampuannya untuk memotivasi siswa agar berusaha lebih keras dalam belajar. Ketika siswa mengetahui bahwa mereka dinilai dan diurutkan berdasarkan prestasi mereka, banyak yang akan merasa terdorong untuk mencapai posisi yang lebih tinggi. Keinginan untuk menjadi yang terbaik di kelas dapat memacu siswa untuk belajar lebih giat, mengerjakan tugas dengan lebih serius, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan akademik.
  2. Mengidentifikasi Potensi Siswa Perangkingan juga membantu guru dan orang tua dalam mengidentifikasi potensi siswa. Dengan melihat peringkat siswa, guru dapat dengan mudah mengenali siswa yang unggul dalam mata pelajaran tertentu dan memberikan perhatian lebih pada pengembangan kemampuan mereka. Demikian pula, orang tua dapat memahami kekuatan dan kelemahan anak mereka, sehingga dapat memberikan dukungan yang lebih tepat sasaran, seperti les tambahan atau bimbingan belajar.
  3. Persaingan Sehat Perangkingan dapat menciptakan persaingan sehat di antara siswa. Dalam lingkungan yang kompetitif, siswa didorong untuk saling bersaing secara positif, yang dapat meningkatkan prestasi akademik keseluruhan kelas. Persaingan sehat ini juga membantu siswa belajar menghadapi tekanan dan bekerja di bawah tekanan, yang merupakan keterampilan penting di dunia nyata.
  4. Persiapan untuk Tantangan Hidup Kehidupan di luar sekolah sering kali melibatkan persaingan, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi. Perangkingan dapat membantu siswa mempersiapkan diri menghadapi realitas ini. Dengan terbiasa dengan persaingan sejak dini, siswa belajar untuk mengelola stres, mengatur waktu, dan berusaha untuk mencapai yang terbaik, keterampilan-keterampilan yang sangat diperlukan dalam kehidupan dewasa.
  5. Penilaian yang Objektif Perangkingan berdasarkan prestasi akademik memberikan penilaian yang relatif objektif terhadap kemampuan siswa. Dibandingkan dengan penilaian subjektif, seperti sikap atau kehadiran, perangkingan yang didasarkan pada nilai ujian dan tugas memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pencapaian siswa dalam kurikulum tertentu.

Kerugian Perangkingan Siswa

  1. Tekanan Mental dan Stres Meskipun perangkingan dapat memotivasi beberapa siswa, bagi yang lain, sistem ini dapat menimbulkan tekanan mental yang berlebihan. Siswa yang merasa tertekan untuk mempertahankan peringkat tinggi atau yang selalu berada di peringkat bawah mungkin mengalami kecemasan, stres, dan bahkan depresi. Tekanan ini dapat mengganggu kesejahteraan emosional mereka dan berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.
  2. Merusak Rasa Percaya Diri Siswa yang terus-menerus berada di peringkat bawah mungkin merasa kurang percaya diri dan mengembangkan pandangan negatif tentang kemampuan mereka. Mereka mungkin mulai merasa bahwa usaha mereka tidak cukup dan kehilangan motivasi untuk belajar. Pada akhirnya, hal ini dapat menciptakan lingkaran setan di mana siswa terus merasa tidak berharga, yang berdampak buruk pada perkembangan akademik dan pribadi mereka.
  3. Fokus Berlebihan pada Nilai Perangkingan dapat mendorong siswa, guru, dan orang tua untuk fokus secara berlebihan pada nilai sebagai indikator keberhasilan. Padahal, prestasi akademik bukanlah satu-satunya aspek penting dalam perkembangan siswa. Kemampuan sosial, kreativitas, etika, dan kecerdasan emosional adalah faktor-faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan. Ketika nilai menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan, aspek-aspek penting lainnya bisa diabaikan.
  4. Persaingan Tidak Sehat Sementara persaingan sehat bisa bermanfaat, perangkingan juga berpotensi menciptakan persaingan yang tidak sehat di antara siswa. Siswa yang terlalu fokus pada peringkat mungkin mulai melihat teman-teman mereka sebagai pesaing yang harus dikalahkan, bukan sebagai rekan yang bisa diajak bekerja sama. Hal ini dapat menghambat pembentukan hubungan yang positif di antara siswa dan mengurangi semangat kolaborasi.
  5. Stigma dan Labeling Perangkingan cenderung memberi label pada siswa berdasarkan peringkat mereka, yang bisa berakibat pada stigma sosial. Siswa yang terus-menerus berada di peringkat rendah mungkin dianggap kurang cerdas atau kurang berprestasi, baik oleh rekan-rekan mereka maupun oleh guru. Label ini bisa menjadi beban yang sulit dihilangkan dan dapat membatasi perkembangan siswa di masa depan.
  6. Tidak Mempertimbangkan Perbedaan Individual Setiap siswa memiliki kemampuan, minat, dan gaya belajar yang berbeda. Perangkingan sering kali tidak mempertimbangkan perbedaan ini dan memaksa siswa untuk beradaptasi dengan satu standar yang sama. Siswa yang memiliki bakat di bidang lain selain akademik, seperti seni atau olahraga, mungkin merasa diremehkan karena sistem perangkingan tidak memberi penghargaan pada keterampilan mereka. Hal ini bisa menghambat pengembangan potensi penuh mereka.

Kesimpulan

Perangkingan siswa dalam dunia pendidikan memiliki keuntungan dan kerugian yang signifikan. Di satu sisi, perangkingan dapat memotivasi siswa, mengidentifikasi potensi, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi persaingan di dunia nyata. Namun, di sisi lain, sistem ini juga dapat menimbulkan tekanan mental, merusak rasa percaya diri, dan menciptakan stigma yang sulit dihilangkan. Selain itu, perangkingan sering kali tidak mempertimbangkan perbedaan individual dan mendorong fokus yang berlebihan pada nilai semata.

Untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan cara-cara lain dalam mengevaluasi siswa yang lebih holistik. Ini bisa meliputi penilaian berbasis proyek, penilaian diri, dan penilaian yang berfokus pada perkembangan keterampilan non-akademik. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi pengalaman yang lebih bermakna dan memberdayakan bagi semua siswa, bukan hanya mereka yang mampu mencapai peringkat tertinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline