Lihat ke Halaman Asli

Awaluddin aceh

Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Asmara di Bawah Desingan Peluru

Diperbarui: 6 Agustus 2024   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar:https://www.fimela.com)

Di tengah huru-hara perang yang berkecamuk di tanah airnya, di mana desingan peluru menjadi irama sehari-hari, Hendra seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, berdiri di tengah hutan yang rimbun. Hendra adalah sosok yang dikenal karena keberaniannya dan dedikasinya terhadap perjuangan untuk kemerdekaan. Namun, dalam keheningan malam, di balik segala kecamuk, ada sesuatu yang jauh lebih tenang namun sama sekali tak terduga: cinta.

Suatu hari, setelah melaksanakan tugasnya dengan penuh keberanian, Hendra dan beberapa rekannya bersembunyi di sebuah desa kecil yang jauh dari pertempuran. Desa ini tampaknya tenang dan damai, seolah-olah terjaga dari kekacauan yang melanda wilayah lainnya. Di sinilah Hendra bertemu dengan Aline, seorang gadis Belanda yang tinggal di desa tersebut bersama keluarganya.

Aline bukanlah orang sembarangan. Meski lahir dan dibesarkan di Belanda, ia memutuskan untuk tinggal di Indonesia setelah menikah dengan seorang diplomat Belanda yang bertugas di sini. Ketika suaminya meninggal dalam sebuah kecelakaan, Aline memilih untuk tetap tinggal di desa itu dan membantu penduduk setempat, yang membutuhkan bantuan terutama di masa-masa sulit ini.

Perkenalan Hendra dengan Aline terjadi secara tak terduga. Suatu sore, saat Hendra dan teman-temannya sedang mencari makanan, mereka tiba-tiba berhadapan dengan Aline yang sedang mengumpulkan buah-buahan. Meskipun suasana tegang dan Hendra tahu bahwa ia harus tetap waspada, kehadiran Aline memancarkan aura ketenangan yang aneh.

Aline memandang Hendra dengan mata yang penuh rasa ingin tahu namun tidak terkesan takut. Hendra, yang biasanya tidak terpengaruh oleh wanita, merasakan sesuatu yang berbeda. Ada ketertarikan yang kuat dan tidak bisa diabaikan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aline dengan nada lembut. Hendra terdiam sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kehadirannya. "Kami hanya mencari makanan," jawab Hendra akhirnya.

Aline memandangnya dengan tatapan yang penuh perhatian. "Ada banyak buah di sini. Jika kalian mau, aku bisa membagikannya kepada kalian."

Hendra merasa ada sesuatu yang berbeda pada Aline, dan dalam beberapa hari ke depan, dia sering kembali ke desa untuk mencari alasan bertemu dengan Aline. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari keadaan perang hingga kehidupan sehari-hari. Meskipun Aline hanya bisa sedikit berbicara dalam bahasa Indonesia, komunikasi mereka berlangsung lancar melalui bahasa Inggris dan bahasa tubuh.

Seiring berjalannya waktu, Hendra merasa dirinya semakin dekat dengan Aline. Ia mulai merasakan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan dalam kondisi perang yang keras sekalipun. Cinta, yang tumbuh di tengah kekacauan, adalah sesuatu yang sulit untuk dijelaskan, tetapi sangat nyata bagi Hendra.

Namun, perasaan ini tidak datang tanpa tantangan. Hendra tahu bahwa hubungan mereka adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh banyak pihak. Keluarga Aline dan teman-temannya mungkin tidak akan menerima kenyataan bahwa seorang pejuang Indonesia jatuh cinta pada seorang wanita Belanda. Selain itu, Hendra juga harus mempertimbangkan keselamatan Aline yang berada di tengah zona perang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline