Matahari baru saja menampakkan sinarnya ketika Kapten Ade, seorang perwira muda dengan karisma yang memikat, berdiri di depan batalyonnya. Hari itu, ia akan memimpin pasukannya dalam misi yang paling berbahaya yang pernah mereka hadapi.
Desa kecil di perbatasan utara telah menjadi target operasi militer musuh, dan informasi intelijen menunjukkan bahwa mereka akan menyerang dalam waktu dekat. Tugas Kapten Ade adalah untuk mengamankan desa dan melindungi warganya.
"Pasukan, bersiap!" Suara tegas Kapten Ade menggema, membangkitkan semangat dan kewaspadaan dalam diri setiap prajurit yang berdiri di hadapannya. Wajah-wajah mereka mencerminkan keyakinan dan kepercayaan penuh kepada pemimpin mereka.
"Jangan pernah lupa, kita di sini untuk melindungi mereka yang tak berdaya. Kita adalah perisai mereka, dan kita tidak akan mundur satu langkah pun!" Kapten Ade menatap mata setiap prajuritnya, mencari dan menemukan tekad yang sama yang membakar dalam dirinya.
Di antara prajuritnya, ada Letnan Sadril, seorang sahabat lama Ade sejak akademi militer. Sadril selalu menjadi bayangan Ade, mengagumi kepemimpinannya yang tanpa cela dan keberanian yang tiada tara. Namun hari itu, Sadril merasa ada yang berbeda. Dia bisa melihat beban berat yang tergantung di bahu sahabatnya itu.
"Kapten, kita semua percaya padamu," bisik Sadril saat mereka bersiap di garis depan. "Kau tahu, bukan hanya karena kita adalah prajurit, tetapi karena kita tahu kau akan selalu memilih yang terbaik untuk kita semua."
Ade tersenyum, meskipun rasa cemas masih menyelimuti hatinya. "Terima kasih, Sadril. Kepercayaan kalian adalah kekuatanku. Mari kita selesaikan tugas ini dan bawa semua orang pulang dengan selamat."
Dengan strategi matang, mereka bergerak maju. Hutan lebat yang mengelilingi desa itu menjadi saksi bisu langkah-langkah kaki mereka yang berhati-hati. Namun, situasi berubah drastis saat tembakan pertama terdengar. Musuh telah siap, dan pertempuran tak terelakkan.
Ade segera memberikan komando, memandu pasukannya melalui baku tembak sengit. Kepemimpinannya yang tenang di bawah tekanan membuat prajuritnya tetap fokus dan disiplin. Mereka berjuang keras, mempertahankan setiap inci tanah yang mereka pijak.
Namun, di tengah kekacauan itu, sebuah ledakan besar mengguncang bumi. Ade terlempar ke tanah, merasakan nyeri hebat di kakinya. Pandangannya mulai kabur, tetapi dia tahu dia harus tetap kuat.