Lihat ke Halaman Asli

Awaluddin aceh

Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Di Balik Kemeja Putih

Diperbarui: 17 Juli 2024   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil yang damai, hiduplah seorang pemuda bernama Ade Kurniawan. Ade Kurniawan adalah seorang pegawai kantoran yang dikenal sebagai sosok yang rajin dan selalu berpakaian rapi. Ia selalu mengenakan kemeja putih bersih yang tampak selalu baru, serta dasi yang terikat rapi di lehernya. Meskipun hidupnya sederhana, Ade Kurniawan memiliki satu impian besar: menjadi pegawai teladan di perusahaan tempatnya bekerja.

Suatu hari, Ade Kurniawan menghadapi sebuah situasi yang menguji moralitasnya. Perusahaan tempatnya bekerja baru saja meluncurkan produk baru yang sangat diharapkan dapat mendongkrak penjualan. Ade Kurniawan bertugas sebagai bagian dari tim pemasaran yang harus mempresentasikan produk tersebut kepada para klien potensial.

Dalam sebuah pertemuan dengan klien, Ade Kurniawan menyadari ada peluang untuk melakukan manipulasi kecil untuk memenangkan kontrak. Klien meminta data yang lebih baik tentang keunggulan produk, dan Ade Kurniawan tahu bahwa laporan yang sebenarnya tidak sepenuhnya akurat. Namun, dia merasa tertekan oleh atasan yang terus-menerus menekannya untuk mencapai target penjualan.

Ketika semua mata tertuju padanya dalam pertemuan tersebut, Ade Kurniawan memikirkan dua pilihan. Pilihan pertama adalah jujur dan mengakui bahwa data tersebut tidak sepenuhnya akurat, yang mungkin akan membuat klien ragu dan berpotensi kehilangan kontrak. Pilihan kedua adalah memanipulasi data untuk menunjukkan keunggulan produk, yang dapat meningkatkan peluang mendapatkan kontrak, tetapi tidak sesuai dengan prinsip etika yang Ade Kurniawan pegang.

Ade Kurniawan menatap kemeja putihnya yang bersih, yang selalu mengingatkannya pada prinsip dan integritasnya. Kemeja tersebut bukan hanya sebuah pakaian, tetapi simbol dari dedikasi dan harapan Ade Kurniawan untuk selalu melakukan yang benar. Namun, tekanan dari atasan dan dorongan untuk mencapai hasil membuatnya hampir melupakan prinsip-prinsip tersebut.

Dengan gemetar, Ade Kurniawan memilih untuk tidak memanipulasi data. Ia berkata kepada klien dengan jujur, "Saya mohon maaf, tetapi data yang kami miliki saat ini mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan keunggulan produk kami secara akurat. Kami sedang dalam proses pembaruan data dan akan segera menginformasikannya kepada Anda."

Klien tampak terkejut, dan Ade Kurniawan bisa merasakan ketegangan di ruangan itu. Setelah beberapa detik yang terasa seperti berjam-jam, klien akhirnya berkata, "Kami menghargai kejujuran Anda. Kami akan menunggu data yang lebih lengkap sebelum membuat keputusan."

Ade Kurniawan merasa lega, meskipun tidak ada jaminan bahwa kontrak tersebut akan jatuh ke tangan mereka. Dia kembali ke kantor dengan perasaan campur aduk, memikirkan apakah pilihannya adalah pilihan yang benar.

Beberapa hari kemudian, Ade Kurniawan dipanggil ke ruangan atasan. Hatinya berdebar-debar saat dia memasuki ruangan tersebut. Namun, yang terjadi di dalam ruangan itu sangat mengejutkan.

Atasan Ade Kurniawan, seorang pria yang dikenal keras dan ambisius, memandangnya dengan serius. "Ade," katanya, "saya ingin memberitahumu sesuatu. Saya telah mendapatkan kabar dari klien. Mereka mengapresiasi kejujuranmu dan mereka memutuskan untuk memberikan kontrak kepada kami."

Ade Kurniawan tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. "Terima kasih, Pak. Saya hanya berusaha untuk melakukan yang benar."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline