Lihat ke Halaman Asli

Catatan dari Turnamen Bulutangkis BIO GPG 2011

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kurang Promosi, Sepi Penonton Banyak catatan menarik dari penyelenggaraan Bankaltim Indonesia Open (BIO) Grandprix Gold Badminton Championship, berikut ulasannya.

Harus diakui, Kalimantan Timur patut diapresiasi telah mampu menyelenggarakan event olahraga internasional. Meski sejumlah faktor masih menjadi kendala, namun dari segi fasilitas sangat layak menjadi tuan rumah. Kaltim memiliki stadion sepakbola standar internasional, ditambah pula gedung bulutangkis berstandar internasional. Ini keunggulan tersendiri yang belum dimiliki daerah lain. Kompleks Stadion Utama Palaran sejauh ini hanya bersaing dengan Kompleks Stadion Jakabaring Palembang. Sayang, Samarinda tidak punya Bandara Internasional sehingga menyulitkan penyelenggaran event internasional. Meski memiliki fasilitas lengkap, karena tak ada bandara tersebut membuat Samarinda tak dapat jatah penyelenggaraan Sea Games tahun ini. Penyelenggaran BIO juga dikeluhkan peserta karena harus menempuh perjalanan darat hingga dua jam dari Balikpapan. Karena memang hanya Balikpapan yang memiliki Bandara internasional. Tak heran kelelahan mendera terutama pemain asal luar negeri atau pemain Indonesia yang baru saja bermain di Negara lain. Terlepas dari sukses tidaknya penyelenggaraan kali ini, semua pihak perlu evaluasi. Jika PB PBSI evaluasi soal prestasi, maka panitia penyelenggara wajib evaluasi soal penyelenggaraan. Agar pelaksanaan ke depan jauh lebih baik. --> Kedua Kalinya BIO 2011 adalah penyelenggaraan pertandingan bulutangkis tingkat internasional kedua kali yang dilangsungkan di Samarinda. Perlu kerja keras untuk kembali dipercaya menjadi tuan rumah. Sukses penyelenggaraan di tahun 2010 lalu berimbas dipercayanya kembali Samarinda menyelenggarakan event tersebut. Meski berstatus event level tiga di BWF, sejumlah pemain nasional turut ambil bagian. Sebut saja Taufik Hidayat, Markis Kido, Lilyana Natsir dan lainnya. Dengan kehadiran pemain-pemain tersebut, mampu menjadi magnet bagi penonton di Samarinda. Sayang pemain unggulan dunia tidak datang hingga membuat persaingan kurang menarik. Pemain Cina seperti Chen Long dan Chen Jin sempat masuk dalam data entri, namun keduanya kemudian mundur akibat cedera. Pemain peringkat dua dan tiga dunia itu jika benar-benar hadir akan membuat persaingan memanas.

-->Indonesia Dua Gelar Jika dilihat dari sisi prestasi, penyelenggaraan kali ini prestasi Indonesia menurun. Jika tahun lalu meraih tiga gelar, kali ini hanya dua gelar. Dua gelar tersebut adalah Ganda Putra dan Tunggal putra. Tahun lalu, Indonesia menciptakan All Indonesian Final sebanyak tiga kali, sementara tahun ini hanya sekali. Tahun ini, tunggal putri dan ganda campuran direbut oleh Cina. Sementara Malaysia meraih satu gelar di ganda putri. "Kita akui lengah. Negara lain ada yang mengejar dan melewati kita. Tahun depan, saya berharap penyelenggaraan lebih bagus dari tahun ini. Dari segi prestasi, juga saya berharap lebih baik dari ini," kata Sekjend PB PBSI, Yacob Rusdianto.

Namun pemain lapis kedua Indonesia sudah mulai menunjukkan prestasinya. Pemain pemula Indonesia Belaetrix Manuputi mampu menembus Semifinal dan memaksa bermain rubber game. Yacob juga berjanji memperbaiki Pelatnas dan berupaya merekrut pemain potensial dari berbagai daerah. --> Kurang Promosi Ada catatan menarik dari penyelenggaraan BIO 2011 kali ini. Promosi penyelenggaraan terasa sangat kurang. Akibatnya, banyak calon penonton yang tidak tahu Samarinda menggelar lagi event ini. Promosi baru terasa seminggu sebelum penyelenggaraan berlangsung. Jika promosi dilakukan jauh hari, banyak penonton yang akan merencanakan untuk menonton. Misalnya saja penonton dari luar kota, mereka tentu berencana mengambil cuti kerja untuk bisa menikmati bersama keluarga. Kurang promosi ini diakui oleh Eko Satya Husada dari Escomm, event organizer yang ikut terlibat dalam penyelenggaraan kali ini. Ia mengaku baru bisa optimal melakukan promosi dua pekan sebelum waktu pelaksanaan. "Kita akui promosi memang kurang, sehingga selalu digenjot," kata Eko. --> Sepi Penonton Harus diakui jika perhelatan kali ini sepi penonton. Bahkan sebelum semifinal, masih lebih banyak kursi kosong terlihat. Berbanding terbalik dengan gelaran tahun lalu yang jauh lebih ramai dan meriah. Pada babak final dan semifinal, tahun lalu penonton membludak sehingga tidak kebagian tiket. Meski demikian, mereka tetap menonton di Gedung Bulutangkis melalui siaran televisi yang disediakan panitia.

Pada acara pembukaan saja, bisa disebut tidak ada penonton. Padahal pembukaan tersebut dilakukan langsung oleh Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak. Jika dievaluasi, pada hari pertama seperti itu, panitia bisa mengerahkan anak sekolah untuk meramaikan acara pembukaan. Atau melibatkan komunitas Badminton lover yang untuk Samarinda saja anggotanya mencapai 1000 orang. "Hari pertama sudah jual tiket, jadi kita malas nontonnya," kata seorang anggota Badminton Lover. Di final juga demikian. Di sisi barat dan timur masih ditemukan kursi kosong. Penonton masih bisa memilih tempat duduk dan berpindah sesukanya. Kursi VIP yang dinyatakan sold out oleh panitia juga ternyata masih ada yang kosong. "Kalau dulu saya terpaksa nonton final sambil berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Sekarang kok sepi," kata Samsul, penonton asal Bontang. --> Tiket Mahal Meski pengaruhnya kecil, namun suara keluhan tiket mahal juga mencuat. Sejumlah penonton mengaku keberatan dengan harga yang dipatok panitia untuk perhelatan kali ini. Tiket final dijual panitia dengan harga Rp125 per lembar. Bisa jadi, akibat harga yang relative naik ini penonton jadi enggan datang menonton. Kurangnya penonton di final bisa juga akibat kekalahan yang didera Taufik Hidayat di semifinal. Taufik takluk dari juniornya Tommy Sugiarto. Taufik memang magnet tersendiri bagi penonton. Banyak penonton yang datang demi menyaksikan pemain nomor satu Indonesia tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline