Lihat ke Halaman Asli

Awalia Rita Rahmadona

Profesi saya sebagai mahasiswa

Konsep Ketuhanan Perspektif Ibnu Arabi

Diperbarui: 26 Juni 2024   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hasil dan Pembahasan

Pengertian Filasafat Ketuhanan

 Filsafat tentang Tuhan adalah pemikiran kritis, sistematis, dan metodis tentang Tuhan. Ia membahas bagaimana seseorang dapat mempertimbangkan kepercayaan mereka akan Tuhan secara rasional. Fokusnya adalah kesadaran manusia tentang Tuhan. Keberadaan Tuhan adalah salah satu kesadaran manusia tentang Tuhan yang paling banyak dibahas dalam filsafat ketuhanan. Contoh kesadaran itu adalah agama, kepercayaan, pengertian, dan pengetahuan ilmiah manusia. Mereka tidak pernah menyelidiki Tuhan secara eksplisit. Oleh karena itu, filsafat tentang Tuhan adalah refleksi dari fenomena kesadaran manusia tentang Tuhan.

Metode Pendekatan Ibnu Arabi

 Metode Ibnu Arabi tidak jauh berbeda dengan metode para mistikus lainnya, karena keduanya menekankan kasyf. Namun, Ibnu Arabi mampu menjelaskan pengalaman mistisnya dengan menggunakan dasar filsafatnya. Tidak mengherankan bahwa aliran teosofi Ibnu Arabi selalu berusaha untuk menghidupkan daya imajinasi dalam menggambarkan pengalaman mistisnya, khususnya tentang Tuhan dalam pengertian yang membawa dia ke transendensi dan iman. Salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan adalah dengan memindahkan "gambaran" Tuhan ke dalam visi batin (penyaksian). Pendekatan mistis yang digunakan Ibnu Arabi adalah cara untuk mencapai kedalaman samudera batin yang tak terbatas.

 Mehdi Ha'iri Yazdi menganggap irfan sebagai ilmu bahasa kesadaran mistis dalam konteks ini, meskipun Ibnu Arabi memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan pengalaman batinnya menjadi kebenaran mistis. Metode irfan yang ditawarkan Ibnu Arabi berbeda dari pendekatan pengetahuan intelektual konvensional. William Chittick menyatakan bahwa Ibnu Arabi membagi pendekatan pengetahuan menjadi tiga kategori. Pertama, pengetahuan intelektual---pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan demonstrasi. Kedua, pengetahuan tentang kesadaran akan keadaan batin. Pengetahuan jenis ini lebih menekankan kemampuan merasa. Ketiga, pengalaman dengan entitas gaib. Pengetahuan yang dihasilkan oleh model ini memiliki sifat intelektual yang transenden.

 Sehubungan dengan pandangan mistis Ibnu Arabi, Ha'iri Yazdi mengatakan bahwa akal memiliki kemampuan untuk memeriksa dan merumuskan kembali pengetahuan ini serta memasukkannya ke dalam dunia fenomena. Setelah akal mengambil langkah-langkah ini dan menyusun kembali dan menerjemahkan pengetahuan yang tidak dapat dijelaskan ke dalam kerangka bentuk pengetahuan fenomenal representasional, pengetahuan ini akan menjadi pengetahuan intelektual umum yang, seperti halnya pengetahuan kita yang lain, bersifat konseptual dan dapat dipahami, dan oleh karena itu dapat dibicarakan dengan mudah dalam bahasa sehari-hari. Karena itu, Ibn Arabi mengatakan bahwa akal adalah kekuatan yang memiliki kemampuan untuk beralih dari pengetahuan gaib ke pengetahuan intelektual dunia fenomena seperti itu.

 Dalam situasi ini, penggunaan akal adalah upaya untuk menemukan celah mana saja yang mungkin untuk diterjemahkan dari pengalaman yang diperoleh di dunia gaib ke dalam pernyataan yang umumnya dikenal. Menciptakan keseimbangan kesadaran yang bersifat hubungan antara kemampuan kognitif dan kecerdasan intuisi adalah tujuan penerjemahan pengalaman gaib melalui akal. Hal ini memungkinkan pengetahuan gaib untuk muncul melalui representasi.

 Seorang salik harus memiliki mursyid atau guru pembimbing karena jalan yang akan ia tempuh menuju Allah Swt. akan sangat berliku, penuh tantangan, dan jebakan. Mencari pendidik yang kompeten yang dapat membawa seseorang bersimpuh di hadapan Rabbnya adalah tugas yang sulit.Sebelum seorang murid dapat sepenuhnya bergantung pada gurunya, dia harus siap sepenuhnya. Untuk memenuhi syarat penyerahan diri sepenuhnya, calon murid harus melakukan tindakan ekstrem sebelum bertemu dengan guru mereka. agar ia tidak mudah mempertanyakan perintah gurunya di masa depan dan pasrah sepenuhnya seperti mayat di tangan orang yang memandikannya. Allah swt berfirman:

                                                                      سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ

"Akan kami perlihatkan pada mereka ayat-ayat kami di segenap ufuk dandi dalam diri mereka".(QS. Fussilat: 53).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline