Lihat ke Halaman Asli

Awal Nur Afdal

Awal Nur Afdal

menghindari perjodohan dengan berkuliah

Diperbarui: 23 Mei 2022   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image from Kompas.com

oleh : Awal Nur Afdhal

Pada 2020 lalu, Ida bukan nama yang sebenarnya, telah menyelesaikan ujian sekolah di MA-Al Murahamah Banyorang. Hari terakhir ujian, juga disampaikannya pengumuman libur perdana untuk para siswa selama dua pekan dengan alasan serangan virus yang semakin mewabah.

Tujuan pemerintah meliburkan siswa agar mata rantai penyebaran Covid 19 bisa terputus. Kasus seorang bapak berusia 42 tahun di Dampang adalah kasus Covid pertama di kecamatan Gantarangkeke yang juga tercium informasinya ke kecamatan Tompobulu sebagai kecamatan tetangga.

Pada pukul sembilan keatas, para siswa di MA-Al Murahamah banyorang datang satu persatu. Bukan atas ketidaktahuan informasi libur, melainkan memburu WIFI sekolah yang tetap aktif meski libur sekolah. Ida dan teman-temannya turut hadir, namun bukan untuk memburu WIFI, melainkan berdiskusi soal perencanaan daftar di Balai Latihan Kerja BLK, tujuan Ida dan teman-teman agar dapat lebih muda mengakses pekerjaan yang layak tanpa harus berkuliah.

Setelah mendaftar, Ida dan teman-teman berubah haluan sebab tidak ada jurusan yang cocok. BLK saat itu hanya menyediakan jurusan listrik dan sama sekali tidak diminati Ida dan teman-teman. Gagal mendaftar di BLK, membuat Ida dan teman-teman hanya fokus mengerjakan pekerjaan domestik di rumah.

Menjelang tahun kelulusan kemarin, pak Arsyad selaku operator sekaligus guru Bahasa Indonesia itu ditugaskan oleh kepala sekolah untuk mendongkrak nilai siswa yang bertekad melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Hanya ada tiga siswa yang menyatakan akan mendaftar ke salah satu kampus di Makassar, salah satunya Indri, Indah dan Nurul. Sayangnya, hanya indah yang berhasil duduk di bangku kuliah, Indri harus menggugurkan cita-citanya sebab tidak mendapat restu dari orang tua untuk tinggal di kos-kosan di Makassar. Sedang Undangan pernikahan Nurul tiba di grup kelas satu bulan setelah pengumuman kelulusan setelah di jodohkan oleh ayahnya.

Kala itu Ida dan kawan-kawan lainnya sibuk mencari  pekerjaan di kota. Ida sempat bekerja di warung bakso selama dua Minggu, resign sebelum mendapat gaji pertama dengan alasan selalu lembur, sementara gaji perbulannya hanya senilai Rp.700.000. dengan berhentinya bekerja, membuat Ida harus kembali mengerjakan pekerjaan domestik disela waktu.

Hari demi hari dilalui Ida di rumah. Dapur dan kamar menjadi tempat ternyaman bekerja dan beristirahat dengan menikmati gelar pengangguran. Ida mempunyai ipar yang bekerja di dealer Honda. Ida menyiapkan beberapa berkas dan mendaftar atas suruhan kakak Iparnya, dua Minggu kemudian, Ida mendapat pesan di akun Email pribadinya, menyampaikan bahwa berkas yang ia kumpul dikembalikan.

Menjelang pergantian tahun, Ida kembali mendaftar di BUMN sebagai karyawan PNM. Ida mendaftar lewat internet dari link yang didapatkan dari teman SMP-nya. Setelah dinyatakan lulus, Ida memberitahu ibunya soal penempatan dan jam pulang kerja. Sayang, Ida tidak mendapatkan restu dari orang tua sebab Ida tidak punya rekan kerja di kampung.

Minggu yang bersamaan, Ida mendapat lamaran dari anak dosen kampus Yapti Jeneponto. Ida punya prinsip yang kuat, tidak akan menikah dengan pria yang ia tidak kenali sifat dan wataknya. Secara halus, Ida menolak dan meminta kepada ayahnya agar di berikan ruang berkuliah oleh orang tuanya sama seperti yang dilakukan sepupunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline