Munculnya AI yang selaras dengan trending genre musik K-Pop membuka peluang pemanfaatan AI untuk dikembangkan menjadi Virtual Idol. Hal tersebut tentu didukung oleh popularitas K-Pop yang semakin mendunia dan AI yang semakin canggih. AI yang semakin canggih dapat dimanfaatkan untuk menciptakan karakter yang menarik dan interaktif, lengkap dengan gerakan dan suara yang semakin realistis. Hal ini tentunya menarik banyak industri hiburan KPop karena Virtual Idol merupakan sesuatu yang baru.
Kecerdasan buatan yang berkembang membuat semuanya tampak tidak mustahil. Termasuk dalam membuat karakter yang sempurna dan sesuai dengan keinginan agensi untuk memenuhi keinginan penggemar mereka. Virtual Idol adalah salah satu contoh karakter buatan AI yang dibuat memiliki paras yang mirip dengan manusia. Virtual Idol juga didukung dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan penggemar layaknya manusia. Mereka bahkan bisa menari dan menyanyi layaknya Idol yang biasa lakukan. Virtual Idol semakin populer dan menjadi bagian dari industri hiburan, terutama dalam dunia musik K-Pop.
Kehadiran Virtual idol menuai banyak reaksi penggemar. Beberapa dari mereka berpendapat bahwa Virtual Idol merupakan suatu bukti bahwa K-Pop semakin canggih dan mengikuti teknologi, namun ada juga yang berpendapat bahwa Virtual Idol tidak memiliki emosi dan kepribadian yang nyata. Contohnya pada kasus debut Naevis oleh SM Entertainment yang menuai banyak pro dan kontra dari para penggemar. Ada yang merasa kagum oleh SM Entertainment yang memperhatikan dan memanfaatkan teknologi yang canggih, ada pula yang merasa kecewa karena SM Entertainment seharusnya lebih berfokus pada idolnya yang memiliki banyak potensi.
Kehadiran Virtual Idol juga memunculkan standar baru untuk dunia K-Pop. Termasuk pada standar kecantikan yang mempengaruhi ketertarikan penggemar pada idol tersebut hingga standar kemampuan idol yang memiliki keterbatasan. Hal tersebut memunculkan persaingan tidak seimbang karena Virtual Idol tidak menghadapi batasan tersebut. Virtual idol tetap bisa berkarier tanpa memiliki batasan emosional, fisik, atau skandal yang biasanya ada pada idol.
Hadirnya Virtual idol ternyata juga bisa mengancam ketertarikan penggemar terhadap Idol. Karena Virtual Idol dapat dibentuk sesuai dengan keinginan seseorang untuk memenuhi standar kecantikan Korea sehingga hasilnya sempurna. Berbeda dengan idol yang memiliki fitur wajah tersendiri sehingga tak semuanya memenuhi standar kecantikan Korea. Hal tersebut merupakan sebuah ancaman karena penggemar beranggapan bahwa Virtual Idol bisa dibentuk lebih sempurna dari idol dan memiliki nilai plus berupa fisik yang memenuhi standar kecantikan Korea. Akibatnya, Idol yang notabene manusia biasa dengan segala kekurangan dan kelebihannya, merasa kesulitan untuk bersaing dengan Virtual Idol.
Industri hiburan K-Pop perlu mengambil suatu aksi dalam menghadapi perkembangan teknologi dan AI terhadap idolnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa K-Pop tetap memiliki jiwa seni dan kreativitas dari ide manusia. Pengelolaan yang tepat dapat membantu industri hiburan K-Pop untuk memanfaatkan potensi AI secara positif, sekaligus meminimalisir dampak negatifnya.
Hadirnya AI dan Virtual Idol perlu suatu pengawasan agar tetap memiliki dampak positif dan tidak mengancam keberadaan Idol. Meskipun Virtual Idol merupakan terlihat sempurna, Idol tetaplah sosok yang lebih baik karena mereka bisa memahami dan merasakan emosi penggemar secara langsung tanpa bergantung pada AI atau data yang diprogram untuk AI.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI