Lihat ke Halaman Asli

Rindu dalam Satu Musim

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

dada ini berdegup lebih cepat, aku tidak tahu lagi harus lari kemana agar bisa menjauh dari bayangan dia. aku tidak tahu, semua sudah menjepitku. sungguh aku berharap ini semua adalah semata mimpi, tapi rupanya tidak. ini adalah kenyataan yang harus aku lewati, ini aku sedang dikejar bayangan itu, bayangan misteri yang menyakitkan itu. kenapa dia dapat menemuiku disini, sudah kembalikah dia dari tempat yang dulu dia bangga - banggakan itu?

*

"Vera, kamu tahu aku besok akan beramgkat ke Paris, disana aku akan meneruskan studiku. aku harap kita bisa bertemu lagi dalam keadaan seperti ini atau lebih bagus daripada ini." ucapnya padaku sambil memelukku erat.

"Kenapa kamu harus pergi, padahal aku baru saja bisa menyelesaikan kuliah yang artinya barusaja kita satu kota lagi, kini giliran kamu yang akan pergi merentangkan jarak perpisahan antara kita, apa kamu tidak lelah dengan hubungan yang begini saja, hubungan dengan jarak yang jauh, bahkan kali ini kondisinya bisa dibilang lebih jauh dari jarak Jakarta Yogyakarta, ini lebih jauh. antara Jakarta dan Paris itu jauh, Erlangga."

"Maafkan aku, tapi aku sudah lama ingin mengejar semua ini, maafkan aku, Vera."

"Tapi kalau aku kangen, kamu mengizinkan kan, kalau aku mau ke Paris... ke kota kamu?"

"Silahkan saja, Vera."

kami berpelukan cukup lama dan seperti tak ingin dipisahkan oleh jarak sesentipun,

*

akupun berlarut - larut menangisi kehilangannya dengan tetap fokus pada kerjaanku yang baru saja aku dapatkan, aku menjadi guru. ini pekerjaan yang aku dambakan sejak dulu masih sma, aku tak peduli dengan gaji atau apapun yang berkaitan dengan material, yang aku cari adalah enjoy nya bertemu dengan anak = anak dan yang jelas ini adalah passion aku yang tak bisa terbeli oleh apapun.

akhirnya setahun sudah aku ditinggalkan pergi oleh Erlangga, aku sedih sekali terutama kala saudara sepupuku, Naira. menikah seusai lebaran haji, aku kesel banget karena tidak bisa bersama dengan Erlangga, dia lagi banyak - banyaknya tugas kuliah katanya. jadi? aku terpaksa menjadi anggota keluarga yang bisa dibilang tidak ada pasangan saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline