Pulang atau menetap selalu menjadi dilema. Sulit rasanya memilih salah satu dari kedua pilihan tersebut. Jika menetap, akan merasa kesepian walaupun mungkin akan lebih hemat secara finansial.
Dan pulang akan bertemu dengan keluarga untuk mengobati rasa rindu, namun akan merogoh kocek dompet lebih dalam dibanding menetap. Kondisi tersebut sangat relate bagi mahasiswa-mahasiswa rantau.
Anehnya, saya tidak pernah merasa kesulitan dalam memilih salah satu dari kedua pilihan tersebut. Setiap ada waktu untuk pulang, saya akan memilih untuk pulang.
Karena saya selalu memegang teguh kata-kata yang pernah saya baca "temui orang yang ingin kamu temui selagi mereka masih ada." Hanya dari kata-kata itu saya tidak memiliki kesulitan dalam memilih keputusan tersebut.
Gunungkidul, itulah rumah saya. Walaupun masih satu Provinsi dengan tempat saya berkuliah, UIN Sunan Kalijaga yang berada di Yogyakarta.
Namun, jarak antara rumah saya dengan kampus saya terbilang jauh, jaraknya kurang lebih tiga puluh kilometer (30 km).
Selain jauh, medan yang saya lewati juga terbilang cukup ekstrem karena jalannya yang berbelok-belok dengan salah satu sisi jalannya berupa jurang, ditambah dengan padatnya kendaraan membuat saya memutuskan untuk menetap di dekat kampus saya.
Teman-teman saya datang dari berbagai kabupaten yang ada di provinsi Daerah Isitmewa Yogyakarta, namun mereka memilih untuk berangkat dari rumahnya.
Mungkin alasan mereka memilih pilihan tersebut juga karena jarak dari rumah mereka ke kampus yang tidak terlalu jauh dan jalannya yang terbilang tidak ekstrem.
Atau, mungkin juga ada beberapa dari teman saya yang jarak rumahnya dengan kampus hampir sama dengan jarak dari rumah saya, namun perjalanan yang ditempuh dari Gunungkidul ke Jogja sendiri sudah seperti perjalanan lintas provinsi. Hal ini diucapkan langsung oleh teman saya.