Esai karya bapak Bernando J. Sujibto yang diberi judul "Sensasi Indonengslish Vs Pemajuan kebudayaan" ini menjelaskan tentang fenomena "Indonenglish" sebagai praktik bahasa yang berkembang di kalangan anak muda Indonesia, terutama generasi Z yang sekarang paling mendominasi di Indonesia, generasi yang bertumbuh kembang bersamaan dengan perkembangan digital ini menjadikan mereka ahli dalam memakai media sosial. Sehingga dengan akrabnya generasi Z dengan media digital seperti media sosial ini menjadi wadah bagi mereka untuk berkenalan dan menggunakan "Indonenglish" ini. Artis idola mereka, Iklan, dan gaya hidup menjadi faktor utama bagi mereka untuk semakin akrab dengan fenomena ini.
Penulis menekankan bahwa penggunaan bahasa campuran ini bukan hanya sekadar tren yang sudah marak dari tahun 2000 an, tetapi juga mencerminkan kondisi "captive mind" yang memengaruhi cara berpikir dan bertindak masyarakat, akibat pengaruh kolonialisme dan inferioritas budaya. Dengan mengutip dari sosiolog asal Bogor yakni Syed Hussein Alatas, penulis menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya dialami oleh bangsa Indonesia, tetapi juga turut dialami oleh negara-negara lain di ASEAN yang memiliki sejarah kolonial.
Esai ini mencakup argumen bahwa keberlangsungan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan harus dijaga, dan bahwa negara harus mengambil langkah strategis untuk memperkuat eksistensi bahasa ini di tingkat internasional. Penulis menegaskan bahwa meski ada tantangan dalam menghadapi globalisasi, langkah-langkah sistematis perlu diambil untuk menjaga integritas dan keunggulan bahasa Indonesia. Kesimpulannya, esai ini tidak hanya menggambarkan tantangan yang dihadapi, tetapi juga menawarkan jalan maju untuk pemajuan kebudayaan dan bahasa Indonesia yang lebih berdaya.
Salah satu kutipan dari penuis yang saya setuju adalah "Bagi saya, meskipun tidak menolak secara mentah-mentah, perhatian pada nasib bahasa Indonesia dari beragam 'ancaman' harus selalu disikapi secara bijak dan publik perlu mendapatkan edukasi yang terukur.", meski tidak sepenuhnya menolak penggunaan "indonenglish" ini penulis tetap menekankan tentang pentingnya kesadaran akan nasib bahasa asli Indonesia dan menekankan adanya edukasi berbahasa dengan bijak.
Bagi saya pribadi penggunaan bahasa di Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris memiliki dampak positif, seperti yang kita tahu bahasa Inggris adalah bahasa yang dipakai di kancah Internasional, sehingga penggunaan "Indonenglish" ini menjadi salah satu alat yang sangat membantu dalam belajar bahasa inggris. Tetapi hal ini juga dapat menjadi masalah serius yang mengancam bahasa Indonesia, karena dengan seringnya kita memakai bahasa yang dicampur-campur seperti ini dapat menimbulkan tercampur aduknya bahasa indonesia dan bahasa asing juga dapat menambalkan krisis identitas bagi sebuah bangsa.
Salah satu faktor yang utama yang mempengaruhi kenapa generasi Z banyak memakai "Indonenglish" ini adalah meniru idola mereka di media sosial. Pandangan orang-orang kepada orang lain yang bisa menggunakan bahasa inggris juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh, dengan menggunakan bahasa asing di sela-sela percakapan itu membuat orang lain akan menilai sebagai suatu yang keren dan juga kelihatan pintar, sehingga banyak anak muda yang ingin mengejar pandangan terebut agar terlihat keren dan pintar.
Maka meski penggunaan "Indonenlish" ini bagus sebagai pembelajaran, tetapai juga harus disertai pengawasan dan pendidikan yang intens tentang berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan begitu bahasa asli Indonesia dapat terus terjaga dan terus berkembang.
Menurut saya yang sangat menarik dan patut diapresiasi dari esai ini adalah penulis tidak hanya menyakan permasalahan ini dari sudut pribadi, tetapi juga turut mempertanyakan dukungan orang tua yang mendukung penggunaan "Indonenglish" ini apakah bisa disebut sebagai pengabaian pendidikan bahasa asli Indonesia kepada anak-anaknya. Sehingga ini membuktikan bahwa penulis memang kritis dan peduli terhadap fenomena "Indonenglish" ini. Penulis juga tidak hanya sekedar mengkritik fenomena ini tetapi juga memberikan solusi untuk menjaga bahasa Indonesia ini, penulis menekankan pentingnya peran sistem pendidikan, lembaga kebahasaan dan kebijakan pemerintah dalam menjaga bahasa Indonesia ini.
Kosa kata yang sudah saya ketahui sebelumnya adalah: 1. Inferioritas, 2. Kompetitif, 3. Fleksibel
Kosa kata yang tidak saya ketahui adalah: 1. Sporadik, 2. Lingua Franca, 3. Internasionalisasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H