Lihat ke Halaman Asli

Guru; Titik Balik Kehidupan

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1385361694317493523

Beliau tidak hanya sekedar mengajar,

Melainkan juga mendidik kami; para muridnya

Untuk memiliki asa yang tinggi,

Dalam menggapai cita

Juga menjadi pribadi yang hebat

Dalam setiap hidup kita, pasti tidak lepas dari dukungan orang-orang di sekeliling kita. Mereka begitu peduli, menyayangi bahkan hingga menjadi inspirasi dalam titik balik kehidupan kita.

Adalah guru BK (Bimbingan Konseling) semasa saya masih MA (Madrasah Aliyah) yang memiliki peran penting dalam titik balik kehidupan saya, setelah kedua orang tua saya. Mungkin pengalaman serupa juga dialami teman-teman, senior atau pun junior saya. Beliau adalah Ibu Sari Saraswati, guru BK yang selalu menempatkan posisinya sesuai tempatnya. Ia bisa menjadi galak terhadap para siswa indispliner, sekaligus juga bisa menjadi sahabat dekat para siswa-siswi. Mungkin tidak sedikit siswa/I yang mengalami pengalaman buruk diintrogasi atau dihukum beliau, pun juga tidak segelintir siswa/i yang mendapat energi dan kepercayaan diri yang lebih daritutur lisan beliau.

[caption id="attachment_294394" align="aligncenter" width="300" caption="Ibu Sari Saraswati"][/caption]

Semasa MA, saya tipikal siswi yang lurus-lurus saja, menaati aturan karena enggan berurusan dengan guru BK. Pun saya lupa kapan pertama kali mengenal dan merasa dekat dengan sosok beliau. Rasanya memori saya tidak sanggup melacaknya. Berbekal cerita teman-teman, juga senior yang sering memuji bahkan mungkin acapkali kesal dengansosok beliau, sedikit menggambarkan persepsi saya tentang beliau.

Interaksi saya dengan beliau dalam kapasitas sebagai guru dan sisiwi pun terbilang jarang, hanya beberapa kali menghadap beliau untuk tanda tangan menerima hadiah Surat Keterangan bebas biaya SOP (Sumbangan Operasional Pendidikan) selama 3 bulan oleh keberuntungan saya menjadi juara kelas. Selebihnya jarang sekali.

Bahkan saat beliau mengajar mata pelajaran BK di Kelas XII, interaksi saya hanya sebatas murid dan guru di dalam kelas,di luar kelas pun jarang sekali.

Titik Balik hidup saya, dimulai saat saya begitu resah dengan masa depan saya selepas MA mau melanjutkan kemana. Banyak sekali sosialisasi Persatuan Mahasiswa dari berbagai penjuru mempromosikan kampus perguruan tingginya. Dan mulai saat itu, dalam setiap kelasnya, Bu Sari gencar memotivasi siswa/i-nya untuk terus melanjutkan pendidikan, apapun yang terjadi.

Di saat itulah, saya merasa perlu untuk terus berkonsultasi dengan beliau, bahkan saya rajin ke ruang BP sekedar untuk memperoleh motivasi beliau. Beliau begitu terbuka dan selalu mendengar cerita tentang harapan-harapan saya. Beliau memang bukan problem solver, tapi beliau selalu mengarahkan saya agar saya bisa mengatasi masalah saya sendiri. Berdirilah di atas kakimu sendiri, tanpa harus bergantung pada orang lain, kamu pasti bisa!!!

Suatu ketika di antara banyaknya tawaran masuk perguruan tinggi negeri, saya memutuskan untuk memilih Universitas Indonesia sebagai pilihan saya kuliah. Tidak mudah meyakinkan diri sendiri. pun tidak sedikit teman-teman saya yang menganggap saya terlalu bermimpi tinggi. Wajar saja, track record alumni MA saya hanya segelintir bahkan baru satu orang yang bisa diterima di kampus itu. Tetapi, Bu Sari selalu meyakinkan saya, memberi kekuatan moril bahwa saya bisa. Beliau mendukung sepenuhnya keinginan saya, mem-brain storming wawasan saya tentang UI sehingga itu bisa menjadi afirmasi saya, menyarankan saya untuk mengambil belajar bareng guru mata pelajaran yang akan diujikan di seleksi masuk perguruan tinggi

Dukungan moril dari beliau, membuat saya memberanikan diri untuk mendaftar ujian seleksi masuk Universitas Indonesia. Pun dalam urusan penentuan jurusan, saya mendapat banyak pengarahan dari beliau.

“ Kalau, kamu sukanya jalan-jalan, berpetualang dan yang berkaitan dengan alam, sepertinya Geografi adalah pilihan yang tepat untuk mewadahi hobi dan minatmu. Geografi UI itu di Fakultas MIPA kok…” begitu kata-kata beliau yang masih begitu melekat dalam benak saya.

Maka waktu itu saya tetapkan memilih Geografi UI sebagai pilihan saya dalam seleksi masuk perguruan tinggi. Mungkin banyak yang bingung, luluan geografi mau jadi apa dan kerja dimana nantinya. Saya tidak peduli dengan keraguan spekulasi jenjang jurusan yang saya pilih dari teman-teman atau beberapa guru saya. Saya cukup tahu diri mengukur kemampuan saya untuk tidak mengambil jurusan dengan grade yang sekiranya tidak cocok dengan kapabilitas saya.

Selalu ada angin segar dari gersangnya kaldera gunung Bromo….

Selalu ada penguat diantara ketidakpercayaan dan keraguan orang-orang disekitar saya.

“ Urusan pekerjaan itu tergantung kapabilitas dan prestasi diri. Mau kuliah di jurusan mentereng pun kalau tidak berprestasi sama saja. Kalau kamu berprestasi, berkapabilitas tinggi insyaalloh pekerjaan akan dating sendiri. Percaya sama ibu…” Dan kalimat itu selalu saya yakini hingga sekarang

Singkatnya, saya pun melalui ujian Seleksi Masuk UI. Interaksi saya dengan beliau tidak cukup sampai di situ. Bu Sari selalu menyarankan saya untuk selalu berdoa setelah segala usaha telah di lakukan. Bahkan Bu Sari menyarankan saya untuk mendaftar di perguruan tinggi lain, sebagai antisipasi jika pada khirnya UI bukan rezeki saya. Ini yang saya kagumi dari Bu Sari. Beliau selalu berpikiran jauh ke depan, memiliki rencana-rencana alternatif. Ibaratnya, jika rencana A tidak berjalan dengan baik, huruf alphabet masih tersisa 25 lagi. Sesuai saran Bu Sari, saya pun mencoba mendaftar ke salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta mengambil jurusan pendidikan Matematika.

Saya masih ingat betul, jadwal pengumuman Seleksi Masuk UI dipercepat dari jadwal yang telah ditentukan. Saya menuju warnet untuk melihat pengumuman secara on-line. Tidak ada feeling apa-apa waktu itu, tapi hari itu menjadi kejutan bagi saya hanya karena kalimat:

SELAMAT BERGABUNG DALAM KELUARGA BESAR UNIVERSITAS INDONESIA

ANDA DITERIMA DI JURUSAN GEOGRAFI UI

Melihat pengumuman itu, saya masih melongo dan bengong, seolah masih belum percaya saya diterima di UI. Saya langsung mengabari kabar baik ini dan pada orang tua, Bu Sari, beserta wali kelas saya melalui sms. Saat saya bertemu di sekolah dengan Bu Sari, beliau menangis dan mengucapkan Selamat kepada saya. Ah mulai saat itu, saya selalu percaya pada kekutaan mimpi yang terus menerus di afirmasi. Saya benar-benar mendapat bantuan banyak dari Bu Sari, beliau memudahkan saya dalam urusan berkas dan administrasi lain yang berurusan dengan birokarsi sekolah, hingga saya benar-benar masuk dan menginjakan kaki di Kampus UI.

Semenjak saat itu, tatkala junior-junior saya merasa rendah diri untuk mencoba masuk kampus UI, saya selalu menularkan motivasi melalui pengalaman saya, pun saya selalu menyarankan junior-junior saya untuk diskusi dan konsultasi dengan Bu Sari, biar merasakan energi semangat dari beliau.

Kini,sudah 3,5 tahun menginjakan kaki dan menempuh pendidikan di Kampus UI, di Jurusan Geografi. Sudah menyandang status mahasiswi tingkat akhir dan dalam proses penyusunan skrisi. Benar yang dikatakan Bu Sari, Geografi UI banyak memberi kesempatan saya jalan-jalan dan mengenal lebih banyak Indonesia.

Ini salah satu cerita saya mengenal sosok Bu Sari Saraswati, mungkin ada banyak cerita lebih hebat lagi dibalik titik balik kehidupan melalui peran Bu Sari.

Beliau, Ibu Sari Saraswati, memang memberi pengaruh banyak dalam titik balik pencapaian saya menggapai kampus UI, tapi bukan berarti dukungan dan doa dari guru-guru lain Nihil. Merekalah yang membimbing dan mengajari saya dalam banyak hal hingga sampai di sini.

Kepada yang terhormat Bapak/Ibu Guru,

Selamat hari PGRI…

Kalian begitu mulia,

Teruslah mendidik dan menginspirasi

Demi mencerdaskan anak-anak bangsa

“ Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)

Pendidikan setingkat SMA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline