Kegiatan Singkronisasi Program yang dilakukan oleh Komunitas Averroes beberapa waktu lalu (6-8/11) berhasil menangkap kondisi faktual dan rencana pengembangan tujuh desa dampingan. Penangkapan kondisi faktual ini dilakukan guna menemukan dan memetakan potensi yang ada di desa dampingan. Dari titik potensi yang ada tersebut, desa diajak untuk merencakan pengembangan dari Sektor Agrobisnis dan Agrowisata.
Hasil dari pertemuan ini menyepakati bahwa tujuh desa yang didampingi oleh Komunitas Averroes siap dan berkomitmen untuk mengembangkan inovasi sektor agrobisnis-agrowisata. Untuk diketahui, tujuh desa tersebut adalah Desa Jatiarjo Kecamatan Prigen, Desa Kalipucang Kecamatan Tutur, Desa Jarangan Kecamatan Rejoso, Desa Jatisari Kecamatan Purwodadi, Desa Podokoyo Kecamatan Tosari, Desa Oro-Oro Ombo Kulon Kecamatan Rembang, Desa Gerbo Kecamatan Purwodadi.
Existing Condition Klaster III
Mengetahui kondisi faktual dan memetakan potensi desa merupakan sebuah langkah yang ditempuh dari aktualisasi konsep Appreciative Inquiry. Konsep ini telah digunakan pada dua periode Program Pendidikan Agrobisnis dan Agrowisata Desa Inovatif (PADI) Komunitas Averroes. Selama diaplikasikan dalam program, konsep ini berhasil menjadi alat yang mengajak masyarakat desa sadar akan potensinya dan mampu memanfaatkannya untuk peningkatan ekonomi desa.
Meskipun demikian, ada beberapa catatan penting yang dievaluasi oleh tim, salah satunya adalah catatan-catatan negatif yang banyak diabaikan. Catatan negatif tersebut salah satunya permasalahan konflik kepentingan aktor tiap desa. Berangkat dari evaluasi tersebut Tim Manajemen PADI Averroes menginginkan pemetaan aktor berkepentingan dan modal sosial perlu untuk didetailkan.
Desa Klaster III, yakni Gerbo dan Oro-Oro Ombo memiliki starting point yang cenderung sama. Keduanya memiliki ragam potensi pada sektor agrobisnis dan agrowisata, mempunyai kehendak untuk berprestasi (need for achievement), memiliki lembaga ekonomi masyarakat yang potensial, namun belum memiliki perencanaan tertulis yang fokus pada sektor agrobisnis dan agrowisata.
Di Desa Gerbo terdapat beragam kelompok ekonomi yang digiatkan oleh masyarakat lintas generasi dan profesi. Misalnya, terdapat beberapa kelompok tani, organisasi kepemudaan, dan organisasi kesenian. Kelompok tani di Desa Gerbo cukup aktif melakukan kegiatan ekonomi seperti salah satunya adalah pengolahan produk pasca panen, diantaranya: kopi Virgin Coconut Oil, nasi jagung instan, Samiler, Petulo, Aneka Kripik, Permen Mangga, dan beberapa hasil lainnya. Hasil pertanian di desa ini didominasi oleh tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan seperti kopi, cengkeh, dan kakao.
Pada klaster yang sama, Desa Oro-Oro Ombo Kulon memiliki satu kelompok ekonomi yang dominan, yakni kelompok petani Mangga Klonal 21. Komoditas ini telah termasuk menjadi unggulan di Kabupaten Pasuruan bahkan pangsa pasarnya telah ekspor. Selain itu, juga terdapat srikaya dan bunga sedap malam. Selama ini, kualitas mangga telah diperhitungkan dan di packaging dengan baik melalui sarana packing house. Jumlah petani mangga di Desa Oro-Oro Ombo Kulon mencapai angka kurang lebih 175 orang.
Tulisan ini juga ditayangkan di: http://padi.averroes.or.id/mengintip-kondisi-sektor-agrobisnis-dan-agrowisata-di-tujuh-desa-terpilih/
Progress Desa Klaster II dan III
Tingkat selanjutnya, yakni pada klaster II, terdapat kondisi faktual yang telah memungkinkan desa berkembang pesat kearah agrobisnis dan agrowisata. Walaupun masih membutuhkan penguatan pada sumber daya manusia dan sistem pelaksanaan kelembagaan dua sektor tersebut. Tiga desa yang berada pada klaster II memiliki arah pengembangan yang berbeda. Di Desa Jarangan pengembangan mengarah pada agrobisnis di wilayah perairan, sementara di Desa Podokoyo dan Jatisari pada wilayah agrobisnis perkebunan.