Tahun 2017 adalah tahun keberuntungan bagi Desa Pujon Kidul. Pasalnya di tahun ini, Pujon kidul berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus. Sabtu (13/5/2017) mendapat penghargaan dari Kemendesa PDTT sebagai Desa Wisata Agro Terbaik tingkat nasional. Tak lama kemudian, September lalu, Menteri Pariwisata juga mengadugerahkan gelar Pokdarwis Mandiri kepada Kelompok Sadar Wisata Capung Alas Desa Pujon Kidul.
Tren pertumbuhan sektor pariwisata ditambah dengan adanya kewenangan desa yang diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memang menjadi peluang bagi masyarakat untuk turut ambil bagian dalam pengembangan wisata. Wisata berbasis masyarakat harus menjadi nafas pembangunan sektor pariwisata guna menjamin kebermanfaatan bagi masyarakat.
Melihat peluang tersebut, Komunitas Averroes melalui Program Pendidikan Agrobisnis dan Agrowisata Desa Inovatif (PADI) mengajak enam desa di Kabupaten Pasuruan untuk mengembangkan potensi desa menuju pariwisata berbasis masyarakat. Memulai program ini, Komunitas Averroes mengundang Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang untuk berbagi pengalaman dalam upaya membangun desa wisata.
Belakangan ini Pujon Kidul memang banyak dibicarakan mulai dari kalangan akademisi pembangunan desa, jajaran pemerintah hingga anak muda penggila wisata. Udi berhasil mengintegrasikan segenap potensi desanya untuk menjadi destinasi wisata yang unik dan menarik. Desa ini menyediakan paket-paket wisata mulai dari cafe sawah, wisata berkuda, outbond, tracking di pegunungan, edukasi pertanian dan peternakan hingga homestay.
"Konsep kami memang memanfaatkan potensi alam, ekonomi dan budaya. Kami kemas sedemikian rupa menjadi wisata. Bagi orang umum, Posyandu mana bisa dipakai wisata? Apa ada wisata pemerintahan desa? Itu semua kita jual dan laku pak. Karena orang di surabaya, Jakarta itu nggak ada seperti itu pak. Mereka sangat antusias belajar tentang budaya desa hingga pemerintahan desanya juga dianggap menarik bagi mereka," ujar Udi pada Workshop Sinkronisasi Program PADI, Rabu (25/10/2017).
Menurutnya, para wisatawan cenderung bosan untuk mengunjungi wisata di perkotaan. Para wisatawan lebih suka mengunjungi desa karena mereka mendapatkan sesuatu yang berbeda. Di desa, mereka dapat menyaksikan keindahan alam, keramahan penduduk hingga keunikan budaya. Mereka pulang membawa oleh-oleh khas desa dan membawa kesan yang melekat erat di ingatan.
Berikut adalah tahapan strategis dalam membangun desa wisata sesuai dengan kisah sukses Desa Wisata Pujon Kidul:
Reformasi Budaya Organisasi Pemerintah Desa
Pembangunan desa wisata, diakui oleh Udi sebagai sebuah proses yang panjang. Sebagai pemimpin, ia harus memberikan edukasi kepada masyarakatnya. Ia memerlukan waktu kurang lebih enam tahun atau satu periode kepemimpinan kepala desa untuk menumbuhkan sikap sadar wisata dari masyarakat desanya.
"Membangun desa wisata adalah visi misi saya sebagai kepala desa. Waktu saya memaparkan visi misi saya dianggap orang yang mengkhayal dan tidak masuk akal. Karena visi misi yang dianggap tidak masuk akal itu, orang yang mendukung saya berbalik arah dan kemudian tidak mendukung saya. Tetapi alhamdulillah sekarang orang itu justru orang yang pertama mendukung cafe sawah," kenang kepala desa yang tengah mengemban amanah untuk keduakalinya ini.
Selain upaya penyadaran masyarakat, desa wisata juga harus didukung oleh kelembagaan yang kuat. Lembaga pertama yang harus direformasi adalah pemerintah desa sendiri. Reformasi pemerintah desa menjadi langkah yang pertama. Kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintah desa harus didapatkan sebelum memulai proses pembangunan.
Ada yang unik dari ungkapan Udi soal penguatan reformasi pemerintah desa ini. Ia menggunakan konsep sapta pesona wisata untuk memperbaiki kinerja pemerintah desa. Kepala desa dan perangkat desa secara otomatis adalah anggota dari kelompok sadar wisata. Karenanya, perangkat desa harus menerapkan sedikitnya empat dari tujuh prinsip sapta pesona. Empat prinsip tersebut adalah bersih, aman, sejuk dan tertib.