Plastik sekali pakai yang lebih banyak digunakan telah menyebabkan peningkatan jumlah sampah plastik yang tidak terurai di alam. Zat kimia berbahaya yang dilepaskan dari plastik saat terurai menjadi partikel kecil dapat terkumpul di berbagai rantai makanan, menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, sebuah sistem yang dapat mengelola sampah plastik diperlukan, terutama di Kota Surabaya.
Di Desa Keboansikep, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, mahasiswa universitas 17 agustus 1945 berusaha mengubah paradigma limbah plastik, terutama botol plastik, menjadi cara untuk menghasilkan uang dan melindungi lingkungan. Mahasiswa berkonsentrasi pada jenis plastik PET putih, LDPE, HDPE, dan HD untuk diproses menjadi cacahan plastik setengah jadi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa proyek ini layak dilaksanakan karena mesin yang digunakan tidak boleh lebih dari tiga tahun. Produksi plastik jenis High Density Polyethylene (HDPE) memiliki banyak keuntungan. Limbah botol dapat diolah kembali menjadi cacahan plastik, dapat mengurangi sampah plastik dan meningkatkan ekonomi desa.
Oleh karena itu, inovasi ini tidak hanya meningkatkan ekonomi Desa Keboansikep tetapi juga membantu pelestarian lingkungan. Desa ini menjadi contoh bagaimana limbah plastik dapat diubah menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan sambil tetap menjaga kelestarian alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H