Lihat ke Halaman Asli

Cakung Rawan Preman

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391508177397342532

[caption id="attachment_320370" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Hampir 10 tahun aku menjadi pengguna ruas Jalan Bekasi Raya untuk berangkat pulang bekerja. Ruas jalan ini memang sudah langganan macet di saat rush hour. Dua tahun terakhir ini kondisi semakin parah macetnya dengan adanya proyek pembangunan jalur busway. Akhir pekan yang biasanya lenggang pun menjadi macet. Sementara busway-nya tak kunjung datang, preman semakin berjaya di ruas jalan mulai dari Terminal Pulo Gadung sampai Cakung. Awal-awalnya cuma pengamen berdandanan preman dan kerap mabuk yang memaksa penumpang angkot memberikan uang. Tidak jarang sambil mendorong-dorong tangan penumpang. Pernah ada yang membawa ikat pinggang dengan manik-manik besi sambil dihentak-hentakkan ke lantai angkot. Setengah tahun terakhir ini tren baru mulai marak: Jambret HP dari kaca jendela angkot. Beberapa bulan lalu ketika aku sedang mengoperasikan HP di angkot, seorang ibu memperingatiku. Namun, Kamis, 30 Januari 2014 aku khilaf. Kejadiannya di angkot 31. Aku naik dari Pulo Gadung. Sesudah IGI, dekat yang ada jual ban-ban bekas, sebelum perempatan Pupar, seorang pemuda merogoh tangannya ke dalam kaca jendela di belakangku lalu mengambil HP Nokia Lumia 920 (IMEI 354149053964364) yang sedang kupegang. Secepat kilat ia lari ke seberang jalan. Waktu itu kira-kira pukul 18:00. Pukul 18:30 aku tiba di Polsek Cakung untuk melaporkan kehilangan. Ada 4 orang polisi di situ. Yang seorang lalu membuatkan Surat Laporan Kehilangan. Mungkin aku memang harus bersyukur tidak dimintai "biaya administrasi" seperti dahulu. Namun, sebagai warga, aku miris melihat tanggapan para bapak polisi ini. Mereka mendengar ada jambret, seperti mendengar ada kucing lari ke jalan raya. Mereka sama sekali tidak menanyakan detail lokasi kejadian, kronologis, dan lain-lain. Kata "Cakung" dan "jam 18:00" sudah cukup. Sementara yang seorang mengetikkan surat buatku, 3 orang polisinya lainnya dengan santai melanjutkan menonton TV. Ada yang sambil kakinya diangkat sebelah ke kursi. Hangat sekali mereka mengobrolkan acara TV. Ah, betapa sore yang menyenangkan. Aku berusaha menegaskan betapa rawannya ruas Pulo Gadung - Cakung ini. Akan tetapi, belum juga kalimatku selesai, sudah ditimpali dengan, "Di angkot jangan buka-buka HP." Di Merdeka.Com kubaca tentang Jokowi yang mau memberantas preman di pasar. Hmmm, meskipun tidak ada pasarnya, apakah mau diberantas juga tidak ya premannya? Bisa tidak ya? Polda Metro Jaya itu sampai Cakung tidak ya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline