Malam 1 Suro dalam Islam
Malam 1 Muharram merupakan malam dimana dimulainya kalender baru islam (hijriah). Pada kalender Jawa, malam ini dikenal dengan Malam 1 Suro. Dalam Islam, Bulan Muharram merupakan bulan yang istimewa dan dianjurkan agar umat muslim melakukan amal ibadah seperti berdzikir, bersedekah, dan berpuasa.
"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Janganlah kamu menganiaya dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa," (QS. At-Taubah :36).
Malam 1 Suro dan Tradisi Kejawen
Malam 1 Suro sering dikaitkan dengan hal mistis. Di Jawa khususnya malam ini dikenal memiliki beberapa keistimewaan. Masyarakat Jawa menganggap malam ini merupakan malam sakral, sehingga ada beberapa mitos yang dipercaya dan tradisi kejawen yang dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya serta menghormati malam tersebut.
1. Larangan Keluar Rumah, Menikah, dan Pindah Rumah
Salah satu larangan yang dikaitkan dengan 1 Suro adalah larangan keluar rumah. Orang Jawa percaya, jika ada yang keluar pada malam 1 Suro tanpa tujuan yang jelas maka akan mendapatkan kesialan. Tak hanya itu, bahkan ada larangan untuk menikah dan pindah rumah saat 1 Suro. Mengingat sakralnya 1 Suro, orang Jawa percaya bahwa akan lebih baik melakukan kegiatan spiritual pada malam itu daripada bersenang-senang atau pergi tanpa tujuan yang jelas.
2. Kirab
Bertentangan dengan larangan keluar rumah, kirab malah membuat orang harus keluar rumah untuk melakukan arak-arakan. Kirab sendiri diartikan sebagai kegiatan arak-arakan, berjalan bersama, atau beriringan secara teratur dalam rangkaian kegiatan agama atau adat.
Kirab biasanya diadakan oleh keraton dan dilaksanakan pada malam 1 Suro pukul 00.00. Kirab memiliki kaitan erat dengan perjanjian Abiproyo antara Panembahan Senopati (Raja Mataram) dengan Nyai Roro Kidul. Di Keaton Surakarta, Kirab biasanya dilaksanakan dengan membawa Kebo Bule sehingga sering juga disebut Kirab Kebo Bule.
3. Ngumbah Keris (Mencuci Keris)
Seperti namanya, pada malam 1 Suro, biasanya orang-orang tertentu akan melakukan upacara untuk mencuci keris. Tak hanya keris, tapi juga benda pusaka lain seperti tombak, kereta, dan sebagainya. Tujuan mencuci pusaka ini adalah untuk membersihkan benda pusaka dan melestarikan budaya.
4. Jenang Suro
Jenang atau bubur suro merupakan hidangan yang biasanya disajikan pada malam 1 Suro. Bubur suro dijadikan sarana doa bagi masyarakat agar mendapatkan kesehatan, keselamatan, dan rezeki yang lancar.
5. Barikan
Barikan merupakan tradisi makan bersama yang dilakukan di tempat terbuka pada malam hari. Kegiatan membawa makanan dari rumah masing-masing, kemudian berkumpul, berdoa, dan makan bersama. Masyarakat dapat saling berbagi lauk pauk dalam acara ini.
6. Ruwatan
Ruwatan dapat diartikan membuang sial atau menyelamatkan seseorang dari suatu gangguan. Tradisi ini dapat dilakukan pada malam 1 Suro dan biasanya dilakukan bersama-sama di suatu tempat (ruwatan massal).