Lihat ke Halaman Asli

NU-Muhammadiyah: Wajah Islam Dunia

Diperbarui: 10 Agustus 2015   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Muhammad Autad An Nasher

Di awal bulan Agustus ini, dua ormas terbesar di Indonesia telah usai mengadakan hajatan akbarnya, bermuktamar, baik Nahdlatul Ulama’ maupun Muhammadiyah. Dua ormas tersebut kini juga sudah memiliki pemimpin baru yang diharapkan mampu membawa wajah Islam di mata dunia sebagai ajaran atau agama yang rahmatan lil’alamin, tidak untuk Indonesia saja akan tetapi untuk seluruh dunia.

Sebab, dewasa ini banyak pemberitaan yang telah memperburuk citra Islam di mata dunia, dikarenakan perilaku para ekstremis muslim yang gemar melakukan kekerasan dan pertikaian. Sudah cukup kiranya tragedi kemanusiaan, pembantaian, perampasan hak, dan pembunuhan secara masal sebagaimana yang terjadi di Afghanistan, Irak, Syuriah, Mesir, dan Yaman, seperti yang kita lihat bersama di layar televisi.

Oleh sebab itu, Muslim di Indonesia, sebagai umat mayoritas, terlebih diwakili oleh dua ormas besar, baik Nahdlatul Ulama’ maupun Muhammadiyah, harus bisa menampilkan wajah Islam sebagaimana ajaran Rasulullah Muhammad Saw. yang mengajarkan kasih sayang dan perdamaian. Tidak gampang menuduh orang lain sesat, tidak mudah mengafir-afirkan yang lain. Karena menuduh dan menghakimi keyakinan seseorang bukanlah ajaran nabi. Sementara ajaran kanjeng nabi sendiri adalah menjaga perdamaian, menjaga tali kerukunan antar umat beragama.

Bahkan, Rasulullah Saw sangat tegas dalam sabdanya:

لاَ يُـؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِـنَفْسِهِ. متفق عليه

“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sekalian sehingga dia mencintai saudaranya seperti cinta pada dirinya sendiri.” [Muttafaq 'alaih]

            Hadis di atas sangat jelas, bahwa kita yang mengaku sebagai umat beragama, mempunyai keimanan, harus bisa menjaga hubungan baik dan memupuk rasa persaudaraan antar sesama. Oleh karenanya, khotib ingin mengingatkan kembali, bahwa selepas kita menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan kemarin, dan kita juga sudah melakukan upacara halal bi halal di bulan Syawal, yakni saling memaafkan antar sesama. Dan mari, kini saatnya kita membangun persatuan dan persaudaraan antara umat Islam. Apalagi pada bulan ini juga ada peringatan yang istimewa, yaitu 17 agustus, hari kemerdekaan bangsa Indonesia.

 

Hadirin sidang jum’at yang berbahagia

Dalam memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus besok, kita lagi-lagi disadarkan bahwa kemerdekaan yang diraih oleh para pejuang dan pahlawan kita itu tidaklah gratis, tidak diberikan secara cuma-cuma oleh tentara Jepang dan Belanda. Akan tetapi kemerdekaan 70 tahun silam tersebut diraih dengan semangat persatuan dan kesatuan seluruh elemen masyarakat Indonesia, mereka bersatu, satu suara: lawan penjajah! Rasa persatuan dan persaudaraan itulah yang dapat menjadikan negara ini tetap berada dalam rahim Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline