Lihat ke Halaman Asli

Surat Kaleng Cinta Jilid II

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, tidaklah banyak kisah cinta yang pernah kita lukis. Tapi, bagiku, kamulah yang selama ini menjadi inspirasiku. Banyak perubahan yang ada dalam kehidupanku.. Iya, karena aku masih tahap belajar. Jadi, kamulah yang selama ini mengajariku bagaimana cara hidup di masyarakat pada nantinya.

Aku juga tidak tahu, mengapa tiba-tiba waktu itu kamu meminta nomerku untuk  ingin bisa berhubungan dengan ku, dan aku pun mengamininya, berjalan, mengalir, apa adanya, lalu terjadilah interaksi diantara kita.

Tidak banyak pula kisah yang kau lukis, tetapi, mengapa kamu bisa mempengaruhiku. Mempengaruhi kosa kata kehidupanku. Kalaupun kamu memang dipersiapkan oleh Tuhan di bumi ini untuk ku, aku bersyukur. Saya percaya dengan pernyataan; kalaupun sudah jodoh tidak akan ke mana.

Iya, kalaupun tidak, pasti ada yang lebih baik lagi. Lebih dari apa yang kita inginkan. Dan kita tidak dituntut untuk mencari yang baik, tetapi, yang telah diajarkan oleh Tuhan adalah sebelum menginginkan orang yang terbaik (dari-Nya), kita harus memperbaiki kualitas diri kita sendiri terlebih dahulu. Persiapkan akhlak, sikap, maupun kualitas PDKT kita kepada Tuhan. Kita tidak disuruh Tuhan untuk menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi di dunia ini.

Akan tetapi kita disuruh untuk tawakkal (pasrah) dan ikhlas (legowo) terhadap pemberian dariNya, dan bersyukur. Selebihnya, masalah kita akan dilepaskan oleh Tuhan satu persatu.

Tuhan selalu mengajari hambanya melalui beberapa masalah. Apabila kita bisa menghadapinya berari kita naik satu level, naik derajat. Semakin tinggi derajat kita dihadapan Tuhan, berarti Tuhan semakin jatuh cinta kepada kita. Dan pastinya itulah kenikmatan yang ada pada hidup ini.

Sebenarnya, terkadang banyak orang lupa dalam menyikapi realita yang pada dikehidupan ini. Oleh sebab itu, mari sikapilah masalah dengan ‘cara dewasa’. Bahwa kenikmatan terbesar di dunia ini adalah ni’matul ijad, yang asalnya tidak ada (nothing). Menjadi being (ada). Maujud/lahirlah kita di bumi tercinta ini. Terimakasih Tuhan, kau telah mempertemukan orang-orang hebat dikehidupanku.

Elang

Rumah Digital, Semarang, 9 februari. 6.24 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline