Lihat ke Halaman Asli

Lizz

TERVERIFIKASI

Mengenang Pelajaran Keterampilan dan PKK

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat ada keinginan hati untuk menulis demikian kuat, tapi apa daya lagi miskin ide (karena pikiran lagi terkuras habis untuk 'menjalankan' 2 cerbung sekaligus plus memikirkan revisi episode untuk cerbung di blog pribadi), yang bisa saya lakukan cuma membaca atau melamun. Dan pagi ini saya membaca artikel Mbak Mou yang ada bagian kegiatan merendanya.

Entah kenapa pikiran saya jadi melayang ke jaman SD dan SMP (colek Jeng Arek Tembalangan). Yang jelas, di SMP dulu kami dapat pelajaran PKK. Saat SD? Saya lupa apakah PKK atau masuk ke ranah pelajaran keterampilan.

Jaman SD kelas 5 (kalau nggak salah), kami mulai dipisahkan berdasarkan gender pada pelajaran keterampilan. Yang perempuan nggak jauh-jauh dari menjahit, merenda, menyulam, memasak (berkelompok). Yang laki-laki saya nggak tahu dapat pelajaran apa, soalnya saya jelas ikut rombongan perempuan. Hal itu berlanjut sampai kami kelas 6.

Jaman SMP, ada jam khusus pelajaran PKK buat para siswi. Para siswa sibuk dengan acara pertukangan. Tapi itu cuma di kelas 1. Kelas 2, kami jadi satu (siswa-siswi) menerima pelajaran elektronika.

PKK seingat saya adalah singkatan dari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jam khusus ini diberikan seminggu sekali oleh guru khusus dari SMKK (sekarang sebutannya SMK) yang satu yayasan dengan sekolah kami.

Apa saja yang kami dapat dari pelajaran itu? Banyak. Di antaranya (yang bisa saya ingat) adalah memasak, merawat wajah, mencuci baju, menyeterika, dasar menjahit, dan... apa lagi ya? Ooiiii... Jeng Artem... Bisa nambahin nggak??? Ya deh, pokoknya sekitar itu.

Apa tujuan diberikan pelajaran itu, saya nggak paham. Yang jelas saya mendapat manfaat dari pelajaran keterampilan dan PKK itu. Saya jadi tahu kalau ternyata saya suka memasak, bisa merenda, bisa menjahit, bisa merawat wajah. Saya juga bisa tahu bahwa saya sama sekali nggak telaten menyulam. Saya juga paham bagaimana cara menyeterika yang efisien (walaupun saya ogah banget menyeterika), terutama kemeja dan celana panjang.

Terkadang sebuah pelajaran yang pernah didapat baru terasa manfaatnya setelah kita terjun langsung menjalani hidup #halah... ini ngaspo apa lagi???# Pelajaran yang dulunya tidak kita sukai ternyata bermanfaat bagi kehidupan kita kelak.

Sepertinya saat ini saya jarang melihat pelajaran itu ada di sekolah-sekolah. Dan sungguh saya nggak berani membayangkan seberapa besarnya anak-anak kita kehilangan pengalaman.

Salam pagi,
Lis S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline