Lihat ke Halaman Asli

Lizz

TERVERIFIKASI

Ngulik Matematika SD Ala IRT

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya tadi pagi buka FB dan sempat melihat ada heboh tentang pelajaran Matematika yang didapat oleh anak kelas 2 SD. Bahkan topik ini sempat dijadikan berita oleh sebuah media online, plus ramai juga di-share di FB.


Ceritanya, ada seorang mahasiswa yang memprotes guru adiknya, karena adiknya hanya mendapat nilai 20 atas PR yang dia yakin seluruh jawabannya benar. Adiknya itu masih kelas 2 SD.


Contoh soalnya adalah :

4+4+4+4+4+4 = ... x ... = ...

Jawaban anak kelas 2 SD itu sesuai arahan kakaknya adalah 4 x 6 = 24. Tapi oleh gurunya disalahkan karena yang betul adalah 6 x 4 = 24.


Lho??? Apa bedanya wong hasilnya sama-sama 24?


Bila merujuk pada sifat komutatif pada matematika, maka a x b = b x a. Jadi 6 x 4 = 4 x 6. Mutlak betul, kalo dilihat dari sifat komutatif dan hasil akhirnya. Tapi bila masuk pada konsep logika matematika, maka 6 x 4 tidak sama dengan 4 x 6 walaupun hasilnya tetaplah sama, 24. Lho, kok bisa???


Dalam soal di atas sudah disebutkan 4+4+4+4+4+4. Ada 6 angka 4. Maka sistem operasi perkaliannya adalah 6 x 4, BUKAN 4 x 6. Kalau 4 x 6 itu artinya ada 4 angka 6 alias 6+6+6+6. Beda kan?


Matematika termasuk ilmu di awang-awang, alias sulit dibayangkan kalau tanpa ditetapkan. Maka penerapan matematika dalam bentuk sederhana biasanya dirupakan dalam soal cerita. Di sini kita bermain dengan konsep logika matematika.


Lalu bagaimana bentuk sederhana mengapa 4 x 6 bukanlah 6 x 4? Kita ambil saja contoh yang paling umum. Siapa yang belum pernah sakit dan berurusan dengan minum obat?


Dosis obat yang biasa harus diminum adalah 3 x 1 alias 3 kali minum, per minum 1 sendok atau 1 butir. Lha kalo 3 x 1 = 1 x 3? Apa akibatnya kalo minum obat dirapel jadi 1 kali minum, per minum langsung 3 sendok atau 3 butir? Saya kira anak SD kelas 2 pun bisa memahami konsep ini dengan mudah. Mungkin tidak tepat kalo berurusan dengan pakar matematika dan ilmu pasti lainnya. Tapi harus gimana ortu menjelaskan itu pada anak kelas 2 SD kalo nggak pake contoh nyata? Sementara dari dulu ajaran guru 'harus' seperti itu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline