Lihat ke Halaman Asli

Dicuekin Waktu Ketemuan? Coba Tips Berikut Ini!

Diperbarui: 22 September 2015   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Eh kumpul bareng yuk, biar kita bisa main hape barengan.

Eh kumpul bareng yuk, biar aku bisa pasang foto kita di medsos.

Kira-kira ada yang pernah ngomong gitu nggak sama kita? Jelas enggak. Paling ajakannya sebatas “Eh kumpul bareng yuk, udah lama nih nggak ketemu,” atau “Eh ketemuan dong, kangen nih sama kamu.” Kalau mau main skeptis, kalimat kaya gitu cuma bungkus, pemanis, sakarin, udah pemanis, buatan pula. Apalagi kalau begitu ketemu, kitanya malah ditinggal main gadgets.

Secara pribadi, aku juga sering terjebak dalam situasi seperti itu. Atau mungkin, tanpa disadari, aku juga salah satu orang yang lebih memilih terpaku pada layar berukuran lima inch ketimbang wajah orang yang dengan susah payah meluangkan waktunya untuk bertemu denganku. Kalau sudah terjebak dalam situasi serba canggung seperti ini, aku memilih diam dan ikut-ikutan mengeluarkan senjata pamungkasku. Emang kamu aja yang punya? Aku juga punya. Emang kamu aja yang bisa asyik sama mainanmu? Aku juga bisa. Alhasil yang terlihat adalah pemandangan dua orang yang duduk berhadapan, tetapi tidak saling bertatapan. Dua-duanya bak penjahat yang sedang diinterogasi, tertunduk serius dengan barang bukti di tangannya.

Aku sempat memikirkan solusi yang paling tepat untuk menyiasati situasi yang canggung itu. Pertama, kalau memang aku masih ingin bicara dengan orang ini, mungkin lebih baik aku mengiriminya pesan yang akan langsung masuk ke dalam perangkatnya saja. Dengan demikian dia akan menjadi lebih sadar akan kehadiranku di hadapannya. Biarlah kaya orang gila, saling berbalas pesan ketika berhadapan, yang penting kami tidak kehilangan arti sebuah pertemuan.

Kedua, kalau orangnya punya selera humor yang cukup tinggi, mungkin lebih baik aku menirukan suara nada dering di ponselnya setiap kali ingin memulai pembicaraan dengan dia. Dengan demikian, lawan bicaraku tahu kapan aku akan mengutarakan sesuatu, daripada terlanjur bicara panjang lebar, kemudian dibalas seperti ini, “Eh gimana tadi?” Kan lebih baik kalau sebelum bicara aku memberi notifikasi terlebih dahulu, sama halnya dengan ponsel yang selalu berbunyi ketika ada pesan masuk. Ding dong! Ding dong! Sekiranya sang lawan bicara sudah mulai ngeh dengan keberadaanku, barulah aku mulai berbicara supaya nggak dikacangin.

Cara ketiga sebenarnya nggak terlalu dianjurkan sih. Nyalain ringtone, pura-pura angkat telepon (baca: sok penting) dan menjauh selama 30 detik sampai satu menit. Begitu balik ke depan sang lawan bicara, pura-pura pasang wajah sedih, terus bilang gini, “Sorry ya aku harus pulang, kucingnya keponakan tetangganya eyang kakung sepupuku wafat, aku harus layat.” Bingung? Sama. Yang jelas, lebih mending ngurusin kucing orang lain daripada dikacangin waktu ketemuan.

Peringatan: Kalau tiba tiba dia merhatiin kamu ngomong apa, hati-hati! Bisa jadi hapenya lowbat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline